Jakarta, CNN Indonesia --
Sebagai negara Kepulauan, Indonesia dikelilingi banyak laut indah. Banyak orang dari seluruh dunia iri melihat betapa beruntungnya Indonesia dianugerahi dengan iklim tropis yang hangat, laut yang indah, sedikit berombak. Laut Indonesia juga kaya akan binatang laut, dan sayangnya juga kaya akan sampah. Ironis.
Pada Oktober lalu, sebuah video bahkan jadi viral lantaran seorang warga negara asing yang tengah berselancar justru tergulung sampah, alih-alih ombak kecil. Gulungan ombak lain tampak datang dan menghantamnya yang membuat ia tenggelam selama beberapa detik dan saat bule itu mulai kembali bangun kepalanya dipenuhi sampah yang menyangkut.
Bukan cuma laut Bali yang tercemar sampah, tapi sebagian besar laut di Indonesia juga punya masalah yang sama. Perairan di kawasan Pulau Pari, Jakarta Utara, tercemar sampah. Sampah plastik, sedotan, karung, styrofoam, serta eceng gondok berserakan diduga kiriman dari pesisir utara Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2021 lalu, salah seorang nelayan Pulau Pari, Edi Mulyono, menuturkan sampah-sampah itu membentang hingga sepanjang sekitar 20 kilometer di sekitar perairan Pulau Pari. Edi menyebut fenomena sampah kiriman di kawasan perairan Pulau Pari telah terjadi berulang kali. Sepanjang 2021 ini, Pulau Pari telah tercemar sampah kiriman sampai empat kali.
"Ikannya nggak ada," kata Edi kala itu.
Meski ironis, hal itu mungkin 'belum apa-apa' disbanding angka total sampah di laut. Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Muhammad Yusuf besaran data jumlah sampah plastik di laut.
"Berdasarkan data proyeksi timbulan sampah KLHK tahun 2017 hingga 2025, jumlah timbulan sampah dari darat meningkat setiap tahunnya. Jumlah sampah yang terkelola 13,99%, tidak terkelola 19,62% dan sisanya mencapai 66,39% berakhir di TPA, kondisi ini menyebabkan potensi kebocoran sampah ke laut," kata Muhammad Yusuf kepada CNNIndonesia.com.
"Berdasarkan hasil analisis data sampah laut dari Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN-PSL), dengan memperhitungkan variabel data sampah dari kegiatan di darat dan laut, diperoleh data sampah plastik yang masuk ke laut pada tahun 2021 sekitar 440,106.70 ton."
Dia juga menambahkan bahwa dari tumpukan sampah tersebut, komposisi tertingginya adalah sampah sekali pakai (60 persen) seperti seperti plastik sachet, kantong belanja, sterofoam, botol dan gelas plastic, serta puntung rokok.
"Sekitar 80 persen kebocoran sampah di laut adalah berasal dari daratan, dan 30 persen nya adalah sampah plastik (World Bank, 2017). Sumber sampah plastik di laut berasal dari darat atau sekitar wilayah pantai dan transboundary atau lintas batas karena terbawa arus laut."
"Data Kota penghasil sampah terbanyak sangat relatif, namun dengan asumsi semakin banyak jumlah penduduk maka semakin tinggi aktifitas anthropogenic-nya yang menyebabkan jumlah sampah laut juga semakin tinggi. Hal ini relevan dengan data World Bank yang menyatakan bahwa 80 persen kebocoran sampah di laut berasal dari daratan."
Bulan Cinta Laut
 Foto: REUTERS/STAFF Seorang anak tengah menyelam di laut Alor, NTT, Indonesia, 8 Oktober, 2022. REUTERS/Angie Teo |
Masalah yang muncul lantaran sampah plastik di darat adalah sulitnya sampah ini terurai. Jika di darat saja, sampah plastik sulit terurai, bayangkan bagaimana di laut. Sampah-sampah ini biasanya bakal mengapung dan terombang-ambing ombak di laut.
Para pecinta laut yang kerap menyebut selalu butuh vitamin sea ini pasti paham bagaimana pemandangan laut yang 'ditemani' sebuah botol plastik berlumut dan kotor, atau helaian sampah plastik yang menempel.
Selain merusak pemandangan, sampah laut berdampak buruk pada banyak hal, dari dampak pada biota laut sampai ke manusia. Beberapa kematian biota laut disebabkan oleh sampah jaring (ALDFG) yang menjerat atau termakan.
Dampak tidak langsung dari sampah plastik yang terurai menjadi mikroplastik masuk kedalam rantai makanan yang berdampak terhadap kesehatan manusia. Beberapa di antaranya menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tubuh manusia.
Untuk mencegah kerusakan ekosistem laut yang semakin tinggi dan parah sudah selayaknya berbagai upaya harus dilakukan demi kelestarian dan kebersihan laut. Pada 2022, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menginisiasi gerakan bersama nelayan yang dilakukan secara nasional dengan mengajak dan melibatkan masyarakat nelayan untuk menjaga laut dari sampah plastik.
Gerakan ini dikenal sebagai Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut (Gernas BCL). Gernas BCL merupakan aksi konkret dalam upaya penanganan sampah laut dengan melibatkan masyarakat nelayan untuk membersihkan sampah di laut selama satu bulan penuh.
"Dalam amanat Peraturan Presiden nomor 83/2018 tentang penanganan sampah laut, KKP memiliki peran sebagai bagian dari Pokja 3 Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan Sampah Laut, dimana KKP terus berupaya dan berkomitmen dalam upaya mencegah kebocoran sampah di laut melalui beberapa strategi rencana aksi pengelolaan sampah dari aktivitas di pesisir dan laut," kata Yusuf.
"Pada tahun ini kegiatan tersebut dilakukan di 14 lokasi dengan total 88,5 Ton sampah terkumpul oleh lebih dari 1.503 nelayan berpartisipasi. Sampah yang terkumpul selanjutnya diambil oleh off-taker di masing-masing lokasi dengan pemberian insentif kepada nelayan sebagai bentuk sirkular ekonomi."
"Gernas BCL juga merupakan langkah inisiatif KKP dalam upaya untuk mengedukasi kesadaran nelayan dan masyarakat serta mengampayekan pentingnya menjaga laut agar tetap bersih sehingga ekosistem laut menjadi sehat. "
Disadari bahwa pemerintah tak mungkin bisa berjalan sendiri untuk mengelola sampah laut. Dibutuhkan kerjasama antarlembaga, masyarakat untuk mengatasi hal ini.
Komarulloh dari Rumah Literasi Hijau di Pulau Panggang Kepulauan Seribu, Pria yang disapa Bang Komar ini 'mengasuh' Rumah Literasi Hijau yang berfokus pada pendampingan masy di pulau tempat tinggal agar plastiknya tidak sepenuhnya berkontribusi menambah tumpukan sampah di Bantar Gebang. Di Pulau Pramuka sendiri, Komar dan warga lainnya mengumpulkan sampah-sampah plastik dari berbagai lokasi, termasuk dari rumah tangga dan laut.
"Kondisi sampah plastik di Pulau Pramuka itu ada beberapa sumber yaitu dari aktivitas warga, ekonomi, pendidikan, punya sumber dari sampah hanyutan, mendapatkan kiriman, hanyut di laut," katanya kepada CNNIndonesia.com.
"Kami mengumpulkan sampah plastik, khususnya plastik yang tidak punya nilai ekonomi seperti kantong kresek dan sachet. Kami kerja bareng dengan petugas PPSU, PJLP Lingkungan Hidup, Sudin LH. Ada juga dari aksi bersih pantai, penyelam biasanya sambil nyelam sambil mungut sampah."
Sadar bahwa untuk memiliki tingkat kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah, Komar dan organisasinya bekerjasama dengan lembaga lainnya seperti Get Plastic untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM).
"Kami punya 3:1, dari 3 kg plastik yang didapatkan kemudian dikonversi menjadi 1 liter solar yang akan disedekahkan lagi ke nelayan. Kami juga merasa penting untuk memberi reward pada orang yang sedekah plastic," katanya.
"Kemudian kami berpikir untuk barter sabun cuci yang diolah dari minyak jelantah. Plastik ditukar sabun."
Untuk membuat sampah plastic menjadi BBM, maka plastic harus melaluinproses pirolisis. Proses ini merupakan dekomposisi zat kimia yang memecah rantai karbon menjadi BBM.
"Kami punya tiga mesin ada yang 10 kg dan 5 kg untuk sekali proses selama 6 jam pemanasan dengan elpiji. Dan solar ini bisa dipakai untuk kapal nelayan dan juga jadi bahan bakar kapal wisata kami."
 Foto: CNN Indonesia/Safir Makki Petugas kebersihan memindahkan sampah dari pinggir laut ke dalam kapal sampah di Pelabuhan Kali Adem, Jakarta Utara, Senin, 2 Januari 2017. CNN Indonesia/Safir Makki |
Selain jadi BBM, sampah plastik dari laut yang dianggap jorok dan menjijikan ini ternyata juga bisa diolah menjadi barang daur ulang yang bisa dipakai. Sampah plastik ini juga bisa diolah menjadi berbagai barang fashion seperti baju.
"Kolaborasi yang tejadi antara H&M dan Danone tercipta oleh karena kami mempunyai visi yang sama untuk mendukung inisiatif pemerintah Indonesia melawan pencemaran laut - sekaligus menciptakan lapangan kerja lokal. Visi ini juga yang menjadi dasar kenapa bottle2fashion akhirnya diluncurkan," ungkap Karina Soegarda, Communications Manager H&M kepada CNNIndonesia.com.
Bottle2Fashion, kolaborasi antara H&M dan Danone Aqua mengumpulkan dan mendaur ulang lebih dari 7,5 juta botol PET untuk diolah menjadi baju. Botol plastik PET dikumpulkan dari seluruh pulau di Indonesia melalui kerjasama aktif LSM, masyarakat, anak sekolah, kelompok sadar wisata untuk memilah sampah dan membawanya ke bank sampah. Botol plastik bekas terkumpul kemudian seluruhnya dibawa ke Recycling Business Unit (RBU) dampingan Danone-AQUA di Tangerang Selatan untuk dipilah kembali, dicacah, dan dibersihkan.
Selanjutnya, cacahan plastik dikirim ke fasilitas produksi H&M Indonesia untukdiproses menjadi serat poliester dan diubah menjadi berbagai produk fashion yang dipasarkan di hampir seluruh gerai H&M di seluruh dunia.
"Tidak ada perbedaan signifikan dari bahan yang terbuat dari materi daur ulang atau tidak. Di H&M, 80% bahan yang kami pakai untuk produksi garmen terbuat dari bahan yang organik, daur ulang atau yang bersumber lebih lestari. Target H&M adalah di tahun 2030 100 persen bahan yang digunakan untuk produksi garmen terbuat dari bahan yang organik, daur ulang atau yang bersumber lebih lestari."
Selain baju, sampah plastik di laut ini juga diubah menjadi sepatu lari. Beberapa waktu lalu, Adidas mengubah sampah plastic menjadi sepatu lari yang stylish. Bekerja sama dengan jaringan global dengan proyek sosial untuk mengakhiri kerusakan laut Parley, Adidas menghadirkan produk sepatu sampai pakaian olahraga yang berbahan limbah plastik."Kami mengubah botol-botol plastik menjadi benang untuk pakaian," kaya Ivon Liesmana, Senior Brand Activation Manager Adidas Indonesia saat Run For Oceans beberapa waktu lalu di Jakarta.
 Foto: CNN Indonesia/Kadafi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan saat menghadiri acara Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut yang digelar KKP di Taman Bhagawan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (27/10) |
"Benang-benang ini kemudian dicampur dengan benang dan bahan lainnya baru dibuat sepatu olahraga dan apparel lainnya termasuk jaket sampai kaos kaki, semuanya terbuat dari benang daur ulang plastik. Ivone mengatakan bahwa pembuatan sepatu, jaket, dan produk lifestyle lainnya ini dibuat dengan mengumpulkan botol-botol plastik sekali pakai."Proses bikinnya sama seperti bikin kertas. Dari plastik diolah jadi benang dan benang dipakai untuk membuat sepatu."Untuk satu pasang sepatu ukuran kaki (UK) 8,5, Adidas sendiri harus mengolah 11 botol plastik. Kampanye laut bebas sampah plastik marak, tapi sampah laut masih banyak
Angka sampah plastik di laut ini tentu masih sangat mengkhawatirkan Sejumlah kampanye untuk menjaga kebersihan laut sudah banyak digaungkan, namun pada kenyataannya sampah laut masih sangat banyak. Kenapa hal ini masih terjadi?
"Sampah laut khususnya sampah plastik merupakan dampak dari penggunaan plastik sekali pakai yang kurang bertanggungjawab, selain itu kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah sejak dari rumah serta belum optimalnya sarana pengelolaan sampah dari hulu ke hilir menyebabkan persoalan sampah masih belum tertangani secara optimal," kata Yusuf.
Diungkapkannya, kebocoran sampah dari darat ke laut disebabkan oleh kurang nya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah sejak dari rumah, konsumsi penggunaan plastik yang kurang bertanggungjawab serta belum optimalnya infrastruktur pengelolaan sampah di darat.
Upaya dalam pembersihan sampah laut secara paralel juga harus dilakukan dengan pencegahan kebocoran sampah dari darat, diperlukan upaya pencegahan sampah agar tidak bocor dan masuk ke laut dengan memasang pembatas sampah (trash boom) di setiap sungai pada batas-batas administrasi lingkup kecamatan. Sehingga dengan adanya batas tersebut dapat diketahui wilayah batas kecamatan yang menyumbang sampah masuk ke sungai, sehingga secara spesifik Pemerintah dapat memberikan reward and punishment kepada daerah-daerah tersebut.
Menambahkan Yusuf, Komar menyebut hal ini murni disebabkan lantaran habit atau kebiasaan seseorang.
"Ini tergantung habit orang, persoalan ada di kebiasaan. Contohnya pas piala dunia, fans Jepang mengumpulkan sampah, ya itu karena orang Jepang sudah bangun habit, sudah terbentuk di manapun mereka akan pilah sampah, jadi kuncinya ada di mindset jadi itu yang harus dibangun sejak dini."