Cerita Para Pencandu Rona Merah Kerokan: Sakit, Tapi Enak

CNN Indonesia
Minggu, 18 Des 2022 18:41 WIB
Ilustrasi. Rasa sakit yang muncul saat kerokan dirasa sebanding dengan rasa bugar yang didapat setelahnya. (iStock/Nicola Katie)
Jakarta, CNN Indonesia --

Rasanya memang sakit, tapi kerokan tampaknya bikin candu. Rasa sakit yang muncul saat kerokan dirasa sebanding dengan rasa bugar yang didapat setelahnya.

"Sakit, tapi enak, ya," ujar Santi (37), salah seorang penggemar kerokan saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Saat tak enak badan, kerokan adalah salah satu hal yang langsung muncul di kepala Santi. Meski obat sudah diminum, tapi Santi tetap merasa ada yang kurang jika belum kerokan.

"Jadi, misal lagi meriang, tetap minum obat, tapi tetap dikerok juga," ujar Santi.

Tradisi kerokan telah dikenalnya sejak usia 14 tahun dari mendiang sang nenek. Kerokan kemudian jadi kebiasaan yang dilakukannya hingga usianya kini sudah kepala tiga.

Buatnya, kerokan itu murah dan bikin tubuh bugar. "Badan juga rasanya lebih enteng, tidur jadi nyenyak," imbuhnya.

Kalau Santi melengkapi obat dengan mengerok badan, Tio (27) justru menganggap kerokan lebih ampuh daripada obat. Menurutnya, kerokan lebih cepat mengatasi gejala tidak enak badan.

Kerokan selalu jadi solusi saat Tio mengalami gejala seperti mual, kembung, tubuh menggigil, dan pegal-pegal. Tanpa pikir panjang, dia langsung meminta sang ibu untuk mengeroknya saat gejala-gejala itu muncul.

"Kalau kerokan, tuh, biasanya lebih bikin badan hangat, terus anginnya cepat keluar daripada minum herbal sama obat, itu lebih lama efeknya. Kalau kerokan anginnya langsung keluar sampai sendawa dan kentut-kentut," ucap Tio dalam wawancara terpisah.

Tak cuma dengan koin dan balsam, Tio juga sempat mencoba kerokan menggunakan bawang dan minyak kelapa. Berdasarkan penuturan sang ibu, lanjut Tio, orang-orang dulu lebih akrab menggunakan bahan-bahan dapur sebagai alat kerok.

"Pernah juga sih [kerokan pakai bawang dan minyak], tapi enggak enak. Panasnya beda dan tetap enak pakai balsam," katanya.

Ilustrasi. Kerokan dianggap ampuh mengatasi gejala masuk angin seperti badan yang terasa pegal. (iStock/shih-wei)

Seperti Santi dan Tio, Adi (34) juga meyakini kerokan sebagai solusi terbaik saat masuk angin. Saat badan meriang dan kepala pusing, kerokan benar-benar bisa menghilangkan semua gejala tersebut.

Bukannya Adi tak percaya medis, tapi tubuhnya tampaknya telah terbiasa dengan kerokan. "Jadi, memang badan terimanya, ya, kalau meriang harus dikerok," tambahnya.

Dalam dunia medis, sebenarnya kerokan belum terbukti ampuh dalam memulihkan kondisi badan yang sakit. Kesembuhan yang dirasakan lebih cenderung pada sensasi belaka.

Sensasi tubuh segar dan hangat itu didapat berkat penggunaan balsam atau minyak angin yang menghangatkan.

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Vito A. Damay, kerokan memang sudah jadi tradisi di Indonesia sejak lama. Orang pun menganggap rona merah pekat pada kulit sebagai tanda angin yang keluar dan kondisi tubuh yang membaik.

Padahal, menurut Vito, rona merah yang muncul adalah reaksi peradangan yang direspons oleh pembekuan darah. Kemerahan di kulit juga tak bisa diartikan sebagai stimulasi yang baik untuk peredaran darah.

"Orang sering mengasumsikan merah [kerokan] dengan darah, sehingga makin merah, darah makin lancar. Padahal, itu adalah reaksi dari peradangan yang justru ditimbulkan dari kerokan," jelas Vito.

(els/asr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK