Gili Air adalah salah satu pulau dari beberapa deretan pulau di Lombok yang populer di kalangan turis. Lokasinya yang ada di Selat Lombok, yakni antara Lombok dan Bali menjadikan pulau ini pilihan yang bagus untuk beristirahat, sebelum lanjut menjelajah Gili lainnya.
Gili Air juga populer sebagai pulau resort. Dulu pengunjungnya cukup banyak. Tentu saja menawarkan eksotisme pantai di Timur Indonesia yang gemilang.
Tapi, kini Gili Air berada dalam kondisi buruk. Bahkan sejak sebelum Natal, sebelum Topan Tropis Ellie melanda sebagian wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menukil pada Natal 2022, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan ada lima kota dan kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdampak cuaca buruk. Dari lima wilayah itu, Gili Air dan Lombok bahkan terkena cuaca buruk pada hari sebelumnya. Sebelum Topan Ellie melintasi Selat Timor dan mendarat di Australia Barat.
Banjir, puting beliung, hujan deras, dan angin kencang merusak lebih dari 220 rumah dan menumbangkan ribuan pohon di Lombok. Gelombang pasang juga melanda Mataram, ibu kota Lombok.
Tapi, kerusakan paling parah justru terjadi di Gili Air. Sebagian besar jalan lingkarnya dihantam gelombang pasang dan jatuh ke laut. Bukan hanya rusak, pantai di pulau ini juga penuh dengan sampah plastik dan konstruksi.
Jika berjalan ke arah Timur pulau yang luasnya mencapai 15 kilometer persegi ini, ombak menghanyutkan ratusan meter dinding laut dan jalan setapak. Ombak hanya menyisakan sebidang tanah tipis yang berbahaya di antara lautan dan restoran, serta bar yang baru dibangun.
"Sudah ada bagian (jalan) yang hilang sebelum badai karena tidak dibangun dengan benar," kata James Waller, pemilik Hotel Begadang dari Inggris mengutip South China Morning post.
Badai, kata dia, semakin memperburuk kondisi pulau. Hotel Begadang milik Weller's adalah satu-satunya hotel dan restoran yang terus beroperasi di pulau itu sejak pandemi. Kala itu dia berpikir tak ada tempat lain di dunia yang bisa ditinggali selama pandemi.
"Kami memiliki komunitas yang hebat. Dari sudut pandang sosial itu luar biasa. Kami bahkan memiliki orang yang datang ke sini dari Bali untuk menjauh dari (pandemi) itu," kata dia.