Sudah genap satu tahun, Fida (31) menanti kabar agar putri semata wayangnya bisa disunat. Sejak awal 2022 lalu, Fida sudah berkeliaran kesana-kemari mencari bidan atau dokter yang bisa menyunat buah hatinya.
Hasilnya, nihil. Semua dokter yang ditemuinya menolak. Alibinya, sunat perempuan sudah tak bisa dilakukan. Praktik ini 'haram' dikerjakan oleh tenaga medis, utamanya dokter dan bidan.
"Mau [sunat], tapi waktu itu dokter bilang enggak bisa. Sempat nyari-nyari, tapi pada nolak. Sampai sekarang anak sudah satu tahun, ya, belum disunat," kata Fida bercerita kepada CNNIndonesia.com, saat ditemui di Cikini, Jakarta Pusat, awal Januari lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sunat perempuan adalah praktik pemotongan atau perlukaan di bagian tertentu pada area genitalia perempuan.
Sebagian masyarakat percaya bahwa praktik ini dapat menekan hasrat seksual perempuan saat memasuki usia dewasa. Hal ini pula yang diyakini oleh Fida.
"Baca-baca katanya bagus, makanya mau [sunat perempuan]. Tapi, keluarga memang enggak ada yang maksa harus sunat. Jadi, bebas saja pilihan kita," kata Fida.
Bagi Fida, melakukan sunat pada putri semata wayangnya adalah sesuatu yang sifatnya sunah. Jika dilakukan mendapatkan pahala, tapi tak berdosa jika tidak dilakukan.
Berbeda dengan Fida, Noviyana Gabi (37) berhasil menyunat anak perempuannya pada 2018 lalu. Sunat itu dilakukan oleh seorang bidan di kawasan Jakarta Selatan.
Meski sunat perempuan terus jadi perdebatan, Novi tak bergeming. Dia tetap bersikukuh untuk menyunat buah hatinya yang baru berusia tiga hari kala itu.
"Kan, sudah tradisi dan Islam membolehkan [sunat perempuan]. Karena takut libidonya nanti tinggi, akhirnya saya sunat anak saya," kata Novi, beberapa waktu lalu.
Praktik sunat perempuan memang terus menjadi perdebatan. Beberapa orang menganggapnya sah-sah saja dengan alasan tradisi dan agama. Tapi, beberapa kelompok lain menentang karena sunat perempuan dinilai berbahaya dan melanggar hak-hak perempuan.
Novi jadi salah satu orang dalam kelompok yang menganggap praktik sunat perempuan sebagai sesuatu yang wajar. Menurut dia, sunat adalah ajaran agama Islam yang harus diamalkan.
Lagi pula, tak ada efek samping atau dampak buruk yang dialami buah hati Novi setelah sunat. Sampai saat ini, si kecil masih dalam keadaan sehat dan bisa beraktivitas seperti anak-anak lainnya.
"Enggak bahaya, enggak ada efek apa-apa. Waktu itu juga yang dipotong kecil banget, setitik putih gitu yang diambil," kata Novi
![]() |
Selama ini, sunat perempuan identik dengan tradisi Islam. Tapi nyatanya tak selalu, sunat juga dilakukan oleh masyarakat non-Islam. Salah satunya adalah Lenny Tristia (38), yang menyunat anak perempuannya pada 2005 lalu.
Seluruh keluarga Lenny adalah Nasrani. Tapi keyakinan untuk melakukan sunat terhadap anak perempuan sudah mengakar turun-temurun di keluarganya.
"Di agama Nasrani memang tidak ada sunat. Cuma bagi saya, karena sudah jadi tradisi di keluarga, jadi saya oke-oke saja," katanya.
Kala itu, Lenny berpikir bahwa sunat bukan praktik yang berbahaya. Lenny juga memastikan, sunat yang dilakukan putrinya dulu tidak semengerikan sebagaimana yang dikabarkan.
Lihat Juga : |
Di dunia, umumnya sunat perempuan dilakukan dengan cara memotong sebagian area klitoris perempuan. Praktik ini banyak ditentang kalangan medis karena bisa memicu pendarahan hebat.
Berbeda dengan praktik yang dimaksud, sunat perempuan yang dijalani anak Lenny dilakukan dengan menggores dan membersihkan area genitalia.
"Cuma dibersihkan saja, tidak sampai memotong. Jadi hanya dibersihkan untuk vaginanya. Jadi, saya pikir, ya, tidak masalah waktu itu," katanya.
Sama seperti Novi, anak Lenny pun tak mengalami efek samping yang perlu dikhawatirkan. Saat ini, buah hatinya telah berusia 17 tahun dan hidup normal seperti gadis lainnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya..