Dulu, manusia terinfeksi virus Marburg akibat terlalu lama kontak dengan tambang atau gua yang dihuni kelelawar Rousettus. Kemudian virus menular dari manusia ke manusia lewat kontak langsung (luka terbuka atau selaput lendir) dengan darah, sekresi, atau cairan lain dari penderita.
Penularan juga bisa terjadi lewat benda yang terkontaminasi virus seperti permukaan atau material lain seperti, selimut dan baju. Pun saat pasien sudah meninggal, orang yang kontak langsung dengan jenazah bisa berisiko terinfeksi.
Orang yang terpapar virus biasanya akan mengalami gejala sekitar 2-21 hari kemudian. WHO menguraikan gejala penyakit virus Marburg sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Demam tinggi
- Sakit kepala hebat
- Rasa tidak enak badan
- Nyeri otot
- Diare parah
- Sakit perut dan kram
- Mual dan muntah
Pasien kemudian bisa mengalami hemoragik (pecah pembuluh darah) antara 5 dan 7 hari. Dalam bentuk yang parah, terjadi pendarahan di beberapa area seperti, pada hidung, gusi, vagina, muntahan, dan feses.
Pada fase ini, biasanya disertai demam tinggi, kebingungan, lekas marah dan agresif. Kematian pun timbul di antara 8 dan 9 hari setelah gejala dan didahului dengan syok dan kehilangan darah parah.
Cukup sulit membedakan penyakit virus Marburg dengan 'keluarga' penyakit infeksi lain seperti, malaria, demam tifoid, meningitis dan demam berdarah. Ada beberapa rangkaian tes untuk benar-benar memastikan pasien mengalami infeksi virus Marburg.
Saat ini belum ada vaksin atau perawatan antivirus yang disetujui untuk penyakit virus Marburg. Pasien biasanya akan mendapat perawatan suportif seperti rehidrasi dengan cairan baik oral maupun intravena.
Pengobatan ditujukan untuk gejala spesifik. Kemudian untuk antivirus menggunakan Remdesivir dan Favipiravir yang juga digunakan untuk infeksi Ebola.
itulah beberapa fakta termasuk gejala virus marburg yang berkembang saat ini.
(els/chs)