SUDUT CERITA

'Nak, Kita Harus Berjuang Bersama-sama Melawan HIV'

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Jumat, 21 Jul 2023 20:00 WIB
Nadia, bukan nama sebenarnya, hanya satu dari sekian banyak anak yang tertular HIV dari orang tuanya.
Ilustrasi. Tak sedikit anak yang harus terpapar HIV dari orang tuanya. (VaniaRaposo/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia --

"Bu, kenapa aku harus minum obat mulu? Kenapa ade enggak minum obat? Ade juga, kan, perempuan. Pasti ade juga mau kulitnya cantik, jadi seharusnya dia minum obat."

Kalimat di atas muncul dari mulut Nadia (bukan nama sebenarnya) kecil, saat usianya masih menginjak 7 tahun. Ia mengeluh karena harus minum obat Antiretroviral (ARV) sebagai bagian dari pengobatan HIV yang dideritanya.

Shinta (bukan nama sebenarnya), sang ibu yang juga terinfeksi HIV, hanya bisa tersenyum. Sudah lama dia membohongi Nadia perihal obat yang harus diminumnya dua kali setiap hari itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agar anaknya tidak menolak, berulang kali Shinta bilang bahwa ARV adalah obat agar Nadia bisa jadi wanita cantik kelak saat dewasa.

Antiretroviral atau dikenal juga dengan nama ARV merupakan bagian dari pengobatan HIV/AIDS. Obat ini berguna untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, serta menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah.

ARV memang tidak bisa menghilangkan virus HIV dalam tubuh. ARV hanya bisa menekan viral load dan mengurangi risiko penularan. Obat ini harus dikonsumsi setiap hari di waktu yang sama seperti antibiotik.

Pernyataan bohong yang dilontarkan Shinta soal obat ARV yang harus diminum Nadia tentu saja tak bisa dipupuk terus. Sebab, semakin dewasa, Nadia akan terus bertanya soal obat dan banyaknya larangan untuknya.

Nadia di usianya memang tidak boleh terlalu capai, tidak boleh terlalu aktif, jangan sampai sakit flu, tidak boleh panas-panasan, tidak boleh ikut kelas olahraga berat, dan segudang tidak boleh lainnya.

Sebagai anak yang sedang aktif dan senang bermain, Nadia berulang kali melawan. Bertanya tentang tubuhnya yang berbeda. Bahkan, dengan adiknya yang satu susu dan satu rahim pun, ia merasa dibeda-bedakan.

Ketika usia Nadia memasuki 10 tahun, Shinta memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya, bahwa ia terpapar HIV dari orang tuanya dan harus minum obat seumur hidupnya.

"Dia harus minum obat seumur hidupnya, dia harus menjaga rahasia tentang kondisi penyakitnya," ujar Shinta saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (20/7).

Warisan suami

ilustrasi hivIlustrasi. Tak sedikit anak yang harus terpapar HIV dari orang tuanya. (iStockphoto/Gam1983)

Kembali ke tahun 2008 lalu, Shinta masih ingat betul saat mendiang suaminya berjuang keras di kamar rumah sakit melawan berbagai penyakit yang dideritanya setelah terpapar HIV. Suaminya mengalami komplikasi karena HIV yang melemahkan sistem imun di tubuhnya.

Kala itu, Shinta yang baru melahirkan Nadia sekitar 8 bulan sebelumnya dan kembali hamil juga baru tahu kalau suaminya mengidap HIV/AIDS.

Rasa kaget langsung melingkupi Shinta. Apalagi kala itu dokter menyebut bahwa ia dan Nadia harus menjalani tes HIV.

"Dan benar saja, hasil tes keluar, saya positif, Nadia positif," ujar Shinta.

Shinta tak serta merta menerima kenyataan tersebut. Dia marah, kesal, melawan dengan kenyataan pahit yang harus dialaminya. Apalagi penyakit ini juga menimbulkan banyak pertanyaan di benak Shinta tentang kelakuan sang suami di luar rumah.

"Waktu itu saya benci almarhum suami saya. Saya ingin kabur rasanya. Kenapa dia harus mewariskan penyakit ini kepada saya dan anaknya," ujar Shinta bercerita dengan nada lirih.

Simak cerita selengkapnya di halaman berikutnya..

Nadia sempat murung dan rendah diri

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER