Jakarta, CNN Indonesia --
Pernah merasa harus bolak-balik ke kamar mandi setiap kali menjelang presentasi penting, wawancara kerja, atau momen besar lainnya? Jika iya, kamu tidak sendirian.
Fenomena ini disebut stress pooping, buang air besar yang dipicu oleh stres atau kecemasan.
Menurut Isaac Tourgeman, neuropsikolog dan asisten profesor psikologi di Albizu University, Florida, Amerika Serikat (AS), stress pooping merupakan reaksi biologis alami dari tubuh saat menghadapi tekanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seolah stres belum cukup mengganggu, beberapa orang juga harus menghadapi dorongan tiba-tiba untuk buang air besar yang memalukan dan tidak nyaman," kata dia, melansir Eating Well.
Meski menjengkelkan, kondisi ini sebenarnya sangat wajar. Hal ini terjadi karena otak dan usus memiliki hubungan yang sangat erat, yang dikenal sebagai gut-brain axis. Ketika otak mendeteksi stres, usus pun ikut merespons.
Sistem pencernaan ikut panik
Setiap kali tubuh menghadapi tekanan emosional atau mental, sistem saraf simpatis yang dikenal dengan respons fight-or-flight pun aktif. Sistem ini memerintahkan tubuh untuk bersiaga, termasuk dengan melepaskan hormon seperti adrenalin, kortisol, dan serotonin.
Samantha Nazareth, dokter spesialis gastroenterologi di New York, AS menjelaskan bahwa hormon-hormon ini menjadi semacam 'pengantar pesan' ke seluruh tubuh, termasuk usus. Informasi tersebut disampaikan lewat saraf vagus, saraf panjang yang membentang dari otak hingga ke perut.
"Ketika saraf vagus aktif karena stres, otot-otot di saluran cerna berkontraksi, menyebabkan diare atau dorongan kuat untuk buang air besar," kata dia.
Masalahnya, kondisi ini bisa menjadi lingkaran setan. Stres menyebabkan gangguan pencernaan, lalu usus mengirim sinyal kembali ke otak yang memperparah kecemasan.
Dalam jangka panjang, stres juga dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus, memperburuk fungsi neurotransmitter, dan meningkatkan risiko gangguan mental.
Simak cara mengatasi keinginan BAB saat stres di halaman berikutnya..
Cara mengurangi frekuensi buang air besar saat stres
Kabar baiknya, ada sejumlah strategi yang dapat membantu mengendalikan respons tubuh terhadap stres, termasuk masalah di toilet. Beberapa cara berikut bisa kamu coba jika perut mules tiba-tiba saat mengalami tekanan atau stres, berikut caranya.
1. Tarik napas dalam-dalam
Pernapasan lambat dan dalam (terutama melalui hidung dan dengan embusan panjang) membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, sistem yang bertanggung jawab atas fungsi 'rest and digest'.
Kamu bisa menerapkan latihan pernapasan sederhana setiap hari, terutama menjelang momen yang menegangkan. Jika sulit duduk diam, meditasi berjalan juga bisa jadi pilihan.
2. Atur pola makan menjelang hari penting
Hindari makanan yang dapat memicu diare seperti produk susu, makanan pedas, gorengan, kopi, dan alkohol, setidaknya sehari sebelum acara penting. Pilih porsi kecil dan makan lebih sering agar sistem pencernaan tidak bekerja terlalu keras.
3. Makan dengan penuh kesadaran
Praktik mindful eating penting untuk menjaga kesehatan saluran cerna. Ciptakan suasana tenang saat makan, kunyah makanan secara perlahan, dan hindari aktivitas lain, terutama yang memicu stres saat makan.
4. Siapkan peppermint
Teh peppermint, minyak peppermint yang diencerkan, atau permen peppermint alami dapat membantu menenangkan perut yang cemas. Ini bisa menjadi penyelamat cepat ketika gejala muncul tiba-tiba.
5. Kurangi jadwal yang terlalu padat
Beri ruang bagi tubuh dan pikiran untuk bernapas. Kegiatan seperti membaca, berjalan di alam, atau menonton film favorit dapat membantu tubuh kembali ke mode istirahat dan meringankan gejala pencernaan.
6. Berkumur secara teratur
Saraf vagus yang mengatur sistem pencernaan melewati tenggorokan. Berkumur dengan air 1-2 kali sehari dapat membantu memperkuat fungsinya.
Alternatif lain adalah dengan bernyanyi, humming (bersenandung) atau melafalkan mantra, semuanya dapat membantu menyeimbangkan sistem saraf.
7. Waktu ke toilet yang terencana
Beberapa atlet buang air besar sebelum bertanding untuk menghindari runner's diarrhea. Strategi serupa bisa digunakan sebelum acara penting, agar tubuh terasa lebih ringan dan pikiran lebih tenang.
Jika frekuensi buang air besar meningkat secara ekstrem, disertai darah, demam, nyeri, atau terjadi di malam hari tanpa sebab yang jelas, ada baiknya kamu berkonsultasi dengan dokter.
"Stress pooping memang umum terjadi, tapi jika gejalanya terlalu sering atau mengganggu kualitas hidup, sebaiknya diperiksa lebih lanjut," tutup Nazareth.
[Gambas:Infografis CNN]