Polling: Orang Israel Takut Liburan ke Luar Negeri Usai Dikecam Dunia

CNN Indonesia
Rabu, 13 Agu 2025 06:15 WIB
Kecaman dari berbagai penjuru dunia atas kekejaman Israel di Gaza. (REUTERS/HENRY NICHOLLS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Orang-orang Israel mayoritas takut tidak bisa bepergian ke luar negeri karena meningkatnya kritik global terhadap Negeri Zionis itu.

Hal ini terungkap dalam jajak pendapat yang diterbitkan pada awal Agustus 2025, di mana isolasi dunia internasional terhadap Israel terus meningkat seiring kekejaman genosida mereka di Gaza, Palestina.

Seperti dilansir Times of Israel, menurut jajak pendapat yang disiarkan oleh Channel 12, 56 persen warga Israel menyatakan takut tidak bisa bepergian ke luar negeri karena meningkatnya kritik internasional terhadap Israel terkait perang di Jalur Gaza.

Sebaliknya, 40 persen responden mengatakan mereka tidak takut akan potensi insiden saat bepergian ke luar negeri, sedangkan 4 persen lainnya mengaku tidak tahu bagaimana menjawab.

Dalam beberapa pekan terakhir, turis Israel telah mengalami beberapa insiden anti-Israel yang menjadi sorotan, termasuk serangan dan protes. Pekan lalu, seorang turis Israel mengatakan seorang pria menggigit sebagian telinganya di pantai Athena setelah berteriak, "Bebaskan Palestina, fuck Israel, saya Hamas."

Dugaan serangan itu terjadi beberapa hari setelah sekelompok remaja Israel diserang oleh sekelompok penyerang anti-Israel saat berlibur di Pulau Rhodes, Yunani. Lalu ada juga peristiwa sebuah kapal pesiar milik Israel dilarang berlabuh di Pulau Syros, Yunani, dan dialihkan ke Siprus karena adanya protes besar-besaran anti-Israel dan pro-Palestina di pelabuhan.

Ketidakpuasan Terhadap Pemerintah dan Sikap Terhadap Gencatan Senjata

Jajak pendapat Channel 12 juga menunjukkan bahwa 67 persen responden merasa kebijakan pemerintah Israel tidak mewakili kehendak mereka, dengan hanya 29 persen yang mengatakan pemerintah mewakili mereka.

Bahkan di antara pemilih koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, 44 persen responden mengatakan kebijakan pemerintah tidak mewakili kehendak mereka, dibandingkan dengan 51 persen yang mengatakan sebaliknya.

Mengenai sandera dan perang di Gaza, 62 persen responden mengatakan pemerintah harus mempromosikan kesepakatan komprehensif untuk memulangkan semua tawanan yang ditahan di Jalur Gaza. Sementara itu, 28 persen mengatakan mereka mendukung pengintensifan operasi militer dan menduduki seluruh wilayah kantung Palestina.

Hanya 4 persen yang mendukung promosi kesepakatan parsial untuk membebaskan sekitar setengah dari sandera yang masih hidup dan yang sudah meninggal, yang merupakan kerangka kerja yang telah dibahas dalam negosiasi selama beberapa bulan terakhir.

Selain itu, 49 persen responden menentang pendirian pemukiman di Gaza, sementara 36 persen mendukung pemukiman, dan 15 persen mengaku tidak tahu.

Ketika diminta menilai kinerja Netanyahu sebagai perdana menteri, 55 persen responden mengatakan kinerjanya "buruk," dengan hanya 39 persen yang mengatakan kinerjanya "baik." Menteri Pertahanan Israel Katz dinilai "buruk" oleh 53 persen responden, sementara 34% menilai "baik." Demikian pula, 57% responden menganggap kinerja Menteri Luar Negeri Gideon Sa'ar "buruk," dibandingkan 25 persen yang menganggapnya "baik."

Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menerima nilai terburuk dalam jajak pendapat ini, dengan 67 persen menilainya "buruk" dan hanya 24 persen yang mengatakan kinerjanya "baik."

(wiw)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK