Bowie Haryanto
Bowie Haryanto

Ketika Negara Sebesar Bekasi Guncang Eropa

Bowie Haryanto | CNN Indonesia
Selasa, 28 Jun 2016 11:03 WIB
Islandia tidak memiliki jumlah penduduk lebih dari Bekasi Utara. Namun, Islandia mampu menguncang perhelatan Piala Eropa 2016.
Hanya ada 21.500 pesepakbola yang dimiliki negara Islandia. (REUTERS/Michael Dalder)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Jika ada tim di Piala Eropa 2016 yang pantas disebut 'Kuda Hitam', maka tim itu adalah Islandia. Kemenangan 2-1 atas Inggris di Stade de Nice, Senin (27/6), membuktikan tim berjuluk Strakarnir Okkar pantas menjadi tim kuda hitam.

Apa arti 'Kuda Hitam'? Mantan perdana menteri Inggris yang juga penulis, Benjamin Disraeli, dalam bukunya mengatakan 'Kuda Hitam' adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan, tidak pernah diamati dalam daftar, namun mampu meraih kemenangan. Singkatnya, 'Kuda Hitam' adalah pemenang yang tak terduga.

Sejak awal, Islandia memang disebut-sebut akan menjadi kuda hitam di Piala Eropa 2016. Indikasinya adalah penampilan Islandia di babak kualifikasi. Meski hanya menjadi runner-up Grup A ketika itu, namun penampilan duo pelatih Lars Lagerback dan Heimir Hallgrimsson itu mampu tampil impresif, termasuk dua kali mengalahkan Belanda.

Namun, di babak grup Piala Eropa 2016 penampilan Islandia kurang impresif setelah hanya mampu bermain imbang di dua laga awal melawan Portugal dan Hungaria. Di pertandingan terakhir melawan Austria, Islandia juga harus menunggu hingga menit ke-94 untuk mencetak gol kemenangan lewat Arnor Traustason.

Ketika melangkah ke babak 16 besar, perusahaan bursa taruhan di Eropa menjadikan Islandia sebagai tim ke-13 yang memiliki peluang juara dengan 100:1. Sementara Inggris di posisi kelima dengan 8:1. Tapi, Islandia memutarbalikkan prediksi dan merebut kembali predikat tim kuda hitam dengan mengalahkan Inggris.

Islandia tidak memiliki pemain bintang. Mungkin hanya Eidur Gudjohnsen dan Gylfi Sigurdsson nama pemain Islandia yang biasa didengar. Jika Anda mengaku tahu nama pemain Islandia lainnya selain dua nama di atas sebelum Piala Eropa 2016 dimulai, maka saya yakin Anda bohong.

Gaya permainan Islandia juga pragmatis, tidak rumit seperti tiki-taka Spanyol. Gaya permainan Islandia terbilang kuno. Mengandalkan formasi 4-4-2, Islandia lebih memanfaatkan permainan kolektif. Fokus bertahan, dan kemudian mencari celah untuk 'mematuk' lawan lewat serangan balik.

Sepak bola modern saat ini biasanya menggunakan tiga penyerang lewat formasi 4-3-3. Kemudian ada 4-3-2-1, atau 3-5-2 yang dimiliki Italia. Namun, Islandia tidak punya banyak talenta. Mereka punya kolektivitas.

Islandia tidak butuh penguasaan bola yang banyak. Islandia seperti melanjutkan tren Atletico Madrid atau Leicester City musim lalu, yang mampu bermain efisien: kuat dalam bertahan, efektif di lini tengah, dan jeli di depan gawang lawan.

Lihat saja penyerang Kolbeinn Sigthorsson. Pemain klub Nantes itu baru mampu melakukan shot on target pertamanya di Piala Eropa 2016 ketika mencetak gol ke gawang Inggris. Sigthorsson baru mampu melakukannya di pertandingan keempat, atau setelah 263 menit bermain.

Semangat juga menjadi salah satu modal penting Islandia di penampilan debutnya di Piala Eropa. Sejarah mencatat, tim yang hanya bermodal semangat mampu tampil mengejutkan di turnamen internasional terbesar di Eropa ini. Denmark di Piala Eropa 1992 dan Yunani di Piala Eropa 2004 menjadi contohnya.

Menariknya lagi, Islandia adalah negara kecil dengan populasi sekitar 330.000 penduduk. Bahkan Bekasi Utara memiliki jumlah penduduk lebih banyak dibanding Islandia, yakni 350.000 penduduk. Islandia merupakan negara terkecil yang mampu melangkah ke putaran final Piala Eropa.

Saat ini hanya ada kurang dari 300.000 orang yang berada di Islandia. Pasalnya, sekitar 30.000 suporter dan 23 pemain timnas sedang berada di Perancis.

Hanya ada 21.500 orang yang terdaftar sebagai pesepakbola di Islandia, dan tidak semuanya murni berkarier profesional di olahraga ini. Hannes Halldorsson contohnya, yang juga berkerja sebagai sutradara. Sementara pelatih Islandia, Heimir Hallgrimsson, berprofesi sebagai dokter gigi.

Islandia tidak memiliki indikasi atau tanda-tanda untuk menjadi negara yang hebat dalam sepak bola. Empat tahun lalu mereka berada di peringkat 130 dunia. Namun, di Piala Eropa kali ini Islandia membuktikan tidak butuh nama besar untuk bisa bersaing di papan atas sepak bola Eropa.
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER