Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa tahun belakangan, film biografi tokoh nasional bermunculan. Mulai
Sang Pencerah (2010),
Habibie & Ainun (2012),
Soegija (2012), sampai
Jokowi (2013) dan
Soekarno: Indonesia Merdeka (2013). Bahkan kehidupan Ustad Jefry Al Buchory pun difilmkan dalam
Hijrah Cinta (2014).
Sutradara kawakan Garin Nugroho menambah panjang daftar biopik yang mewarnai perfilman Indonesia. Bersama Yayasan HOS Tjokroaminoto dan rumah produksi Pic[k]Lock Films, ia mengangkat kehidupan tokoh pergerakan nasional era 1890 sampai 1920-an, HOS Tjokroaminoto ke layar lebar.
Meski begitu, Garin mengaku tidak bermaksud membuntut tren yang sedang menjamur. Menurutnya, sosok Tjokroaminoto tidaklah sepopuler Soekarno, Hatta, atau Sjahrir untuk sukses secara komersial di layar lebar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Garin, film berjudul
Guru Bangsa: Tjokroaminoto hanya bagian dari dari rencananya sejak 2011 hingga 2015 untuk mengenalkan tokoh-tokoh nasional yang selama ini terlupakan. Padahal, di matanya tokoh-tokoh itu punya peran yang sangat penting bagi Indonesia.
Garin menambahkan, film itu juga muncul sebagai respons atas antusiasme masyarakat Indonesia yang tinggi terhadap isu politik, terutama pascapemilihan umum lalu. “Membawa HOS Tjokroaminoto berarti membawa asal-usul politik Indonesia,” kata Garin di Jakarta, Rabu (3/9).
Garin lantas membandingkan dengan dua film garapannya terdahulu,
Soegija (2012) dan
Mata Tertutup (2011). “Cerita tentang Vatikan memengaruhi politik Indonesia di
Soegija itu kan penting. Kemudian
Mata Tertutup tentang Negara Islam Indonesia juga penting. Sekarang waktunya Tjokroaminoto,” ia menuturkan.
Sosok HOS Tjokroaminoto sendiri menarik perhatian Garin karena banyak perbedaan pandangan terhadap tokoh Islam yang juga guru Soekarno itu. “Begitu beragam cara pandang terhadap Tjokroaminoto baik dari sisi Islam maupun secara sosialis-komunis,” ujarnya menerangkan.
Pria asal Yogyakarta itu berpendapat, tokoh Tjokroaminoto perlu diperkenalkan kepada penonton agar masyarakat dapat melihat politik secara lebih dewasa. Garin sendiri mengaku tidak menargetkan jumlah penonton. “Saya tidak pernah menetapkan target. Seperti
Soegija, itu
kan susah kalau disebut film komersial. Tapi kemudian ada 500 ribu penonton, itu persoalan lain,” ucap Garin.
***
Proses pengambilan gambar
Guru Bangsa: Tjokroaminoto dimulai September ini. Surabaya menjadi latar penting, karena gairah kehidupan Tjokroaminoto ada di sana. Rumahnya yang dulu pernah ditempati Soekarno, pun masih ada. Namun, Garin perlu melakukan beberapa improvisasi untuk menghidupkan suasana.
Agar memeroleh nuansa masa lalu, pengambilan gambar juga akan dilakukan di kota-kota bersejarah seperti Ambarawa, Semarang, dan Yogyakarta. Garin juga akan menyediakan trem serta mobil-mobil masa lampau.
Karakter HOS Tjokroaminoto sendiri aka diperankan oleh Reza Rahadian. Selain itu, film
Guru Bangsa: Tjokroaminoto juga dimeriahkan oleh aktor dan aktris ternama Indonesia seperti Christine Hakim, Maia Estianty, Putri Ayunda, juga Tanta Ginting.