Jakarta, CNN Indonesia -- Buku terbaru karya Akmal Nasery Basral,
Rahasia Imperia diluncurkan Kamis (4/9) di Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta Selatan. Ini merupakan buku kedua dari trilogi yang terdiri atas
Ilusi Imperia (buku pertama) dan
Coda Imperia (buku ketiga).
Dalam novel bergenre
thriller ini, Akmal mengajak pembaca menyelami kisah pembunuhan yang banyak berlatarkan luar negeri.
Buku ini masih mengisahkan pengalaman reporter majalah
Dimensi, Wikan Larasati yang ditugaskan liputan lanjutan terkait tewasnya sang diva Melanie Capricia (MC) di kawasan dekat Masjid Yavuz Sultan Selim, Mannheim. Adelia Sukmono, manajer MC, juga ditemukan meninggal di daerah wisata Lindenhof, Zürich, pada hari yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kali ini, petualangan Wikan lebih ekstrem. Sebab, Akmal menghadirkan kelompok radikal berjulukan Sang Pemikir. Dalam jaringan global Sang Pemikir, ada nama-nama penting di Indonesia yang berulang kali mengincar benda purbakala berharga. Penelusuran ini membuat Wikan nyaris menemui ajal di Istanbul, terlibat dalam operasi Interpol, dan terpaksa kembali ke pelataran Imperia.
Tak seperti novel Indonesia lain yang “malu-malu” menyuguhkan drama pembunuhan, Akmal terbilang berani. Ia menyusun alur cerita dengan karakter-karakter yang kuat dan tak ragu berbuat keji demi memuluskan kepentingan. Persekongkolan tersembunyi, pistol, semua tersaji bagai film laga
Hollywood di novel ini.
Meski begitu, napas Indonesia masih terasa. Baik itu dari nama yang ada maupun inti konflik di dalamnya.
Dihubungi
CNN Indonesia, Kamis (4/9) Akmal bercerita novelnya memang banyak terinspirasi kondisi nyata di Indonesia, baik itu di bidang jurnalistik, politik, maupun hiburan. Namun, Akmal menegaskan, semua cerita dan tokoh yang ada di buku hanya imajinasinya.
Akmal butuh waktu enam bulan untuk merampungkan novel keduanya. “Waktu menulis hanya dua minggu. Karena ini novel thriller, saya perlu waktu cukup lama untuk riset supaya jalan ceritanya tidak mudah ditebak pembaca,” ujarnya pada
CNN Indonesia.
Diakui Akmal, pengalamannya sebagai wartawan cukup memudahkan saat menggarap novel yang berlatarkan Jerman, Swiss, dan Turki ini. Alumnus Sosiologi Universitas Indonesia ini mengaku sudah pernah mengunjungi tempat-tempat itu, sehingga paham situasinya.
Setelah
Rahasia Imperia diluncurkan, Akmal langsung menggarap buku ketiga. Saat ini, ia sudah mulai mengerjakan
Coda Imperia. “Target saya tahun 2015 selesai.
Coda Imperia akan menjadi akhir dari trilogi ini,” katanya.
Minim novel thrillerAkmal yang pernah bekerja sebagai wartawan
Gatra dan
Tempo, bertekad membuat novel
thriller berciri khas Indonesia. Sebab, menurutnya saat ini novel
thriller bikinan penulis Indonesia masih jarang muncul.
“Sekarang lebih banyak novel yang mengangkat kisah
from zero to hero. Misalnya cerita tentang anak tidak mampu yang kemudian bisa mengenyam pendidikan di luar negeri,” tuturnya menjabarkan. Karena alasan itulah, Akmal yang sebelumnya menulis
Sang Pencerah dan
Nagabonar Jadi Dua ini meniatkan diri membuat novel
thriller.