Jakarta, CNN Indonesia -- Seni tradisional Jepang furoshiki mungkin bisa jadi solusi jitu atasi penggunaan kantong plastik yang berlebihan. Furoshiki merupakan kain berbentuk segi empat dengan beragam warna dan motif.
Kain ini digunakan untuk mengemas dan menjinjing barang. Bukan hanya efektif sebagai pengganti kantong, furoshiki bisa dijadikan pembungkus hadiah.
Awalnya furoshiki digunakan di rumah pemandian umum sebagai kain pembuntal pakaian dan perlengkapan mandi mereka yang pergi membersihkan diri di tahun 1600-an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, penggunaan furoshiki sebagai kain pembuntal cepat tersebar seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat di masa tersebut.
Pada perkembangan berikutnya, furoshiki juga digunakan saat pesta pernikahan sebagai pembuntal seserahan. Kain yang digunakan umumnya bermotif burung bangau, kipas, pohon cemara dan ombak yang dipercaya akan membawa berkah dan kebahagiaan bagi penggunanya.
Lambat laun, furoshiki semakin ditinggalkan lantaran majunya perkembangan zaman. Namun, dewasa ini furoshiki kembali digunakan sebagai aksi peduli pemanasan global.
"Dibanding kantong plastik, furoshiki lebih kuat dan tidak mudah sobek. Yang penting ikatannya kuat," ujar pengajar furoshiki Arumsari W. Nugroho saat ditemui di acara Jak Japan Matsuri, di Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Senin (15/9).
Arumsari menjelaskan dalam furoshiki hanya ada dua simpul, yaitu hitotsu musubi (simpul yang terdiri dari satu ujung) dan ma-musubi (simpul yang terdiri dari dua ujung).
"Intinya itu saja. Tidak seperti origami yang aturannya pakem, furoshiki lebih sedikit bebas sehingga hasilnya lebih bervariasi," ujar Arumsari yang juga mengajar origami.
Arumsari menyarankan kain yang digunakan adalah kain batik yang dapat dibuat simpul. Namun, ia mengatakan tidak harus menggunakan batik.
"Yang penting kainnya tidak terlalu tebal atau tipis. Jangan terlalu licin juga," katanya. Selain itu, kain yang digunakan juga sebaiknya berbentuk bujur sangkar.
Dalam lokakarya furoshiki yang diadakan di acara Jak Japan Matsuri, Arumsari menunjukkan berbagai kegunaan furoshiki, misalnya untuk membungkus buku, tempat tisu, botol anggur, serta bola.
Bahkan, selembar kain bisa disulap jadi sebuah topi dan tas pinggang.
"Saya coba praktikkan furoshiki dalam usaha parcel saya. Saya pakai kain batik tulis. Ternyata, pelanggan suka," ujar salah satu peserta lokakarya furoshiki Lina Farlina (50).
Menurut Lina, nilai jual parselnya menjadi lebih tinggi karena pengkreasian furoshiki tersebut.
Selain digunakan untuk inovasi berbisnis, Lina juga menerapkan penggunaan furoshiki dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk membawa buku dan botol minum.
"Saya pakai kain yang tahan air. Biasanya saya jahit lagi supaya lebih kuat," ujar Lina yang sudah dua tahun mempelajari furoshiki.