Jakarta, CNN Indonesia -- Saat Sylvette David berusia 19 tahun ia berjumpa Pablo Picasso. Sang seniman pun terpesona, dia mengabadikan kecantikan perempuan jelita itu dalam serangkaian karya.
Menurut Françoise Gilot yang pernah tinggal dengan Picasso di tahun 1940-an dan 1950-an, sang seniman seperti Bluebeard, sebuah cerita rakyat aristokrat tentang pembunuh berantai yang menghabisi nyawa istri-istrinya.
Dalam memoarnya yang berjudul
Life with Picasso (1964), Gilot ingat ketika dia mengunjungi puri Picasso di Boisgeloup di bagian Barat Laut Paris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mulai merasa bahwa jika saya melihat ke dalam lemari, saya akan menemukan setengah lusin leher mantan istri tergantung," tulis Françoise seperti dikutip dari laman BBC.
"Dia memiliki semacam penyakit Bluebeard kompleks yang membuatnya ingin memotong kepala semua perempuan yang telah dikumpulkan dalam museum kecilnya."
Tentunya beberapa teman perempuan Picasso menemukan akhir hidup bahagia. Perempuan simpanannya Marie-Thérèse Walter dan istri kedua Picasso Jacqueline Roque mati bunuh diri. Namun seorang perempuan yang dihubungkan dengan Picasso selama beberapa bulan selamat tanpa cedera. Namanya Sylvette David.
Mereka bertemu di musim semi 1954. Sang seniman produktif yang sejak saat itu menjadi selebriti internasional di awal usia 70-annya tinggal di Côte d'Azur. Picasso memiliki sebuah studio di Rue du Fournas di kota kecil Vallauris.
Di tahun itu, matanya terjerat pada Sylvette, perempuan cantik berusia 19 tahun dengan rambut pirang berkuncir tinggi ekor kuda yang khas.
Beberapa bulan sebelumnya, Sylvette dan tunangannya Toby Jellinek pindah ke Vallauris untuk tinggal bersama ibunya. Toby adalah seorang perintis desainer furnitur yang memiliki bengkel tidak jauh dari studio Picasso, dan Sylvette sering melewati jendela studio Picasso untuk menemui tunangannya.
Pertemuan pertamanya dengan Picasso terjadi saat seorang asal Spanyol membeli beberapa kursi dari Toby. Beberapa minggu kemudian, Sylvette sedang asik mengobrol bersama temannya sambil merokok dan meminum kopi di teras.
Dari sebelah dinding studio Picasso, Sylvette melihat Picasso mengangkat satu dari beberapa lukisannya. Sebuah gambar sederhana perempuan muda dengan poni dan ekor kuda.
Itu adalah potret dirinya yang tersimpan dalam memori sang seniman.
Bulan-bulan berikutnya, antara April dan Juni, Picasso merayu Sylvette untuk duduk dengannya secara teratur dan menciptakan serangkaian lebih dari 60 potret dirinya di berbagai media, termasuk gambar, patung-patung, serta 28 lukisan.
Itu adalah pertama kalinya pekerjaan Picasso sukses dari seorang model.
Ketika karya-karya Picasso selesai dipamerkan di Paris, timbul respons kegembiraan.
Orang-orang terpesona oleh fleksibilitas dari karya Picasso yang rinci, sangat naturalistik, lebih eksperimental, serta penggambaran kubisme seri Sylvette. Sebagian besar dalam warna hitam, putih, dan abu-abu.
Mereka juga tertarik dengan hubungan sang artis dengan perempuan muda pemalu itu. Majalah Life mengumumkan era baru dalam seni Picasso sebagai Ponytail Period atau Periode Ekor Kuda.