Jakarta, CNN Indonesia -- Terdengar lamat-lamat alunan
Meringis dan Menangis. Lagu klasik dari legenda musik Indonesia, Bimbo. Mendekati sumber suara, ternyata lagu tersebut berasal dari sebuah pemutar piringan hitam di kios kecil lantai dasar Blok M Square.
Agus Surbhakti, penjual piringan hitam di kios bernama Bakrie Musik yang menyetelnya. Ditemui
CNN Indonesia, Selasa (7/10) Agus mengaku mendapat barang dagangan dari radio-radio yang sudah tak lagi dipakai. Salah satunya, PT. Tjandra di daerah Puncak, Bogor.
“Dulu kalau promosi ke radio kan pakai plat piringan hitam,” kata Agus menjelaskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, piringan hitam bekas itu termasuk yang banyak dicari. Meski kondisinya masih bagus, koleksi dari radio itu biasanya tidak punya sampul album asli. Maka, harga jualnya tidak terlalu tinggi. Rata-rata, Agus menjualnya seharga Rp 50 ribu.
Harganya yang murah meriah membuat piringan hitam eks promosi radio itu laku. Bukan hanya kolektor, musisi nasional pun banyak yang memburunya. Agus bercerita, Glenn Fredly dan Rian d’Masiv pernah menjadi pelanggan tokonya.
Diwawancara
CNN Indonesia secara terpisah, Selasa (7/10) Rian mengakui itu. Ia menuturkan, biasa berburu piringan hitam ke Blok M Square atau Jalan Surabaya. Untuk piringan hitam eks promosi radio, kata Rian, ia pernah merogoh kocek sampai Rp 200 ribu.
Selain piringan hitam bekas itu, Agus menerangkan koleksi yang juga banyak dicari adalah album milik band-band rock dan pop lama dari Indonesia. Misalnya Koes Plus, AKA, dan The Rollies.
“Kalau yang langka-langka dan masih bagus, harganya sejutaan,” ujar pria berambut gondrong yang berasal dari Bandung itu.
Selain menjajakan piringan hitam, di kios kecilnya Agus juga menjual aneka rupa alat pemutarnya. Pria yang sudah berjualan sejak dua tahun lalu itu menuturkan, pemutar piringan hitam di kiosnya paling murah berharga Rp 1,5 juta. Itu untuk pemutar bermerk Technics, keluaran tahun 1980-an.
Selain menjual, ia juga menerima servis alat pemutar piringan hitam.
MelangitSaat dikunjungi
CNN Indonesia, kios Agus sedang tak ramai pembeli. Salah satu pengunjung yang ditemui, Bambang (55) bercerita soal kecintaannya pada piringan hitam. Ia menuturkan, kualitas suara piringan hitam jauh lebih natural.
Kuping Bambang cukup peka soal musik. Tak heran, ia terbiasa mendengar lagu dari piringan hitam milik ayahnya sejak kecil. “Dengerin CD itu kayak dengerin robot,” ujar Bambang membandingkan, lalu tertawa. Beranjak dewasa, ia pun jadi kolektor.
Ratusan piringan hitam disimpan di rumahnya. Sampai hari ini, ia masih sering mendengar lagu-lagu lama dari piringan hitam. Namun belakangan, Bambang mengeluhkan harga-harga piringan hitam yang makin hari makin melangit.
“Dulu saya beli Koes Plus lima puluh ribuan, sekarang sudah ratusan ribu,” katanya.