Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak lama, kaum Tionghoa sudah berbaur menjadi satu dalam lingkup kehidupan masyarakat Indonesia. Ada yang masih asli, ada pula yang campuran alias peranakan.
Peranakan sendiri merujuk pada hasil kawin campur antara kaum Tionghoa dengan lokal. "Kami tidak merasa jadi orang asing di Indonesia. Kami lahir dan besar di Indonesia, maka kami ini juga orang Indonesia," kata Andrew Susanto, Presiden Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina).
Rasa cinta tanah air inilah yang memcetuskan berdirinya Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina) pada tanggal 28 Oktober 2011 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usia Aspertina terbilang masih sangat muda jika dibandingkan dengan komunitas peranakan Tionghoa lainnya di seluruh dunia. Meski demikian, Aspertina tak malu. "Ketika konvensi Tionghoa di Malaysia beberapa tahun lalu, orang-orang di sana sempat kaget dengan adanya komunitas ini di Indonesia. Mereka pikir kami sudah lama berdiri, padahal masih baru," katanya diiringi tawa.
Aspertina sendiri diakuinya merupakan sebuah lembaga yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pelestarian seni dan budaya peranakan Tionghoa. Mereka juga memiliki misi untuk memasyarakatkan budaya peranakan untuk mendorong terjadinya saling pengertian dan mewujudkan persatuan dan kesatuan kepada sesama anak bangsa di Indonesia.
Tuan Rumah Konvensi Peranakan InternasionalMeski baru berusia tiga tahun, di tahun ini, Aspertina mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konvensi Internasional Baba Nyonya ke-27.
Konvensi internasional ini akan digelar pada tanggal 28-30 November 2014 di Grand Sahid Jaya Hotel. Rencananya, acara ini akan turut dihadiri oleh lima delegasi negara serta 14 asosiasi dari lima negara, yaitu Malaysia, Singapura, Australia, Thailand, dan Indonesia sendiri.
"Konvensi ini digelar sekaligus untuk merayakan ulang tahun Aspertina," ujar Andrew.
Tahun ini Konvensi Internasional Baba Nyonya 2014 akan mengambil tema
Many Destinies United as One. Tema ini menggambarkan bahwa semua peranakan Tionghoa memiliki satu akar budaya, sekalipun tujuan dan tempat hidup (negara) berbeda-beda.
Tak dimungkiri, budaya peranakan Tionghoa sendiri sudah menjadi sebuah warna tersendiri di masyarakat di manapun mereka berada. Di Indonesia sendiri, budaya peranakan sudah menjadi bagian dari kekayaan bangsa.
Konvensi selama tiga hari ini akan diisi dengan berbagai acara, salah satunya adalah dengan seminar bersama Aji "Chen" Bromokusumo. Aji akan berbagi pengetahuannya tentang pengaruh kuliner Tionghoa dalam kuliner Nusantara.
Sejarah dan perkembangan peranakan Tionghoa di Indonesia juga akan diceritakan oleh Prof. Dr. Abdullah Dahana, guru besar Ilmu Pengetahuan Budaya dari Universitas Indonesia.
Kondangan PeranakanRangkaian acara selama tiga hari ini tak hanya akan berisi seminar dan obrolan seputar sejarah. Aspertina merangkai konvensi ini dengan tambahan acara Kondangan Peranakan Tionghoa. Kondangan ini akan diadakan tanggal 29 November 2014.
Kondangan peranakan merupakan acara tahunan yang digelar Aspertina. Berbagai acara akan dihadirkan di dalamnya, misalnya musik,
stand-up comedy.Panggung budaya Tionghoa dalam bentuk wayang Tavip yang dimainkan oleh aktor teater, Budi Ros, juga akan memeriahkan acara tersebut.
Wayang Tavip adalah kesenian wayang yang bergaya Tiongkok. "Wayang ini dibuat oleh Pak Tavip, makanya disebut sebagai wayang tavip," ujar Budi Ros, aktor teater.
Ditambahkannya, wayang tavip ini merupakan bagian dari wayang generasi baru. Secara visual, wayang ini mirip dengan wayang kulit. Namun, nyatanya wayang ini dibuat dari plastik. "Bahan plastik dinilai lebih murah. Satu wayang dari kulit itu harganya Rp 1 juta. Selain itu bahan plastik dipakai karena materialnya bisa diwarnai," ucap Budi.
Kesenian wayang yang dihadirkan tak cuma tavip, tapi juga potehi.
"Selain itu, kami juga akan adakan
fashion show dari lima desainer Indonesia," kata Andrew.
Fashion show ini akan menampilkan rancangan busana pengantin Tionghoa yang penuh makna dan simbol. Selain busana pengantin, Samuel Wattimena, Poppy Dharsono, Itang Yunasz, Geraldus Sugeng, dan Afif Syakur juga akan membawakan busana yang terinspirasi dari keindahan dan kekayaan seni budaya peranakan.