Jakarta, CNN Indonesia -- Tap, tap, tap, tap. Gerakan ritmis kaki seorang penari memecah hening. Sendiri, bagai mematung di tengah panggung dengan kedua kaki yang terus menderap perlahan. Tujuh menit berlalu, ia tetap melakukan gerakan yang sama di bawah sorot cahaya temaram.
Lalu, muncul enam penari, dan dimulailah kisah
Cry Jailolo. Dikreasikan oleh koreografer Eko Supriyanto, pertunjukan tari ini dipentaskan tadi malam (5/11) di Gedung Kesenian Jakarta sebagai bagian dari Indonesian Dance Festival 2014.
 Cry Jailolo dibawakan oleh tujuh penari asli Jailolo, Maluku Utara. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Gerak rancak Veyndi Dangsa, Gretsia Yobel Yunga, Gerry Geraldo Bela, Fernandito Wangelaha, Geri Krisdianto, Noveldi Bontenan, Budiawan Saputra Riring, tersimak mengagumkan. Dramatis, dengan iringan musik karya komposer Setyawan Jayantoro, dan dramaturgi Arco Renz.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lakon tari ini mengisahkan pesona Jailolo di Maluku Utara. Namun surga bawah lautnya terusik aksi pengeboman oleh nelayan. Koral merah dianalogikan dengan kain merah yang membalut tubuh penari yang segera menyihir segenap penonton, tak terkecuali Nungki Kusumastuti.
“Saya
suprise. Penghayatannya, liukannya, luar biasa,” kata sang penari ayu yang ditemui CNN seusai pementasan. “Kebetulan saya pernah ke Jailolo. Melihat mereka menari dengan
feeling, saya merasa di antara koral-koral,” spontan ia meliukkan tubuhnya.
Nungki juga memuji teknik yang dikuasai penari, terutama gerakan ristmis kaki. “Kalau
nggak berlatih setiap hari, bakal
capek sekali dan kejang-kejang. Namun itulah kekuatan alami penari yang dipadu teknik dari ahli tari Eko. Hasilnya, bagus sekali.”
Pujian juga diberikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya yang mengaku sangat menikmati
Cry Jailolo, “Bagus sekali.” Senada pujian yang dilontarkan Amna Kusumo dari Kelola, organisasi nonprofit yang bertahun-tahun lalu menghibahkan dana bagi pementasan Eko.
Sementara itu, di kesempatan terpisah, Eko menyatakan gerakan ritmis penari semata berkat latihan rutin. Ia telah bersama-sama dengan para penari Jailolo sejak menggarap pementasan
Sasadu on the Sea dalam Festival Teluk Jailolo (FTJ), pada Mei 2013.
Ketujuh penari
Cry Jailolo diseleksi dari 250 penari yang terlibat dalam pementasan di FTJ. Berikutnya, Eko dan ketujuh penari siap melanglang Eropa selama tiga bulan untuk menarikan
Cry Jailolo di lima negara.