Candu Novel Kriminal di Kalangan Perempuan

CNN Indonesia
Senin, 02 Mar 2015 06:18 WIB
Thriller sepertinya merajai layar lebar, layar kaca, bahkan dunia penerbitan. Serial thriller House of Cards menuai sukses.
Ilustrasi novel kriminal (Pixabay/Foto-Rabe)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lupakan cerita erotis seperti Fifty Shades of Grey. Meski bukunya terjual lebih dari 100 juta kopi dan filmnya menuai miliaran rupiah, genre itu sepertinya hanya berupa fenomena. Ada yang lebih abadi dan diterima: genre thriller.

Thriller sepertinya merajai layar lebar, layar kaca, bahkan dunia penerbitan. Serial thriller House of Cards menuai sukses. Novel The Girl on the Train yang ditulis Paula Hawkin menjadi yang terlaris di Amerika Serikat dan Inggris.

Jangan lupa Gone Girl, novel Gillian Flynn yang menjadi terlaris ke-25 sepanjang masa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Inggris saja, kisah thriller menjual sekitar 21 juta buku tiap tahun. Yang unik, menurut Rebecca Whitney dalam tulisannya di Telegraph, kebanyakan pembacanya adalah perempuan. Itu dibuktikan lewat survei Sisters in Crime tahun 2010, yang menyebutkan bahwa 68 persen pembaca thriller adalah perempuan.

Studi lain di tahun yang sama menambahkan, perempuan penggemar fiksi yang membaca novel thriller atau kriminal sebanyak 57 persen. Sedangkan laki-laki, hanya 39 persen. Menariknya lagi, 80 persen pengikut kelas penulisan kriminal, juga adalah perempuan.

Beberapa penulis kriminal mengklaim, perempuan suka membaca ketika perempuan lain dibunuh, diperkosa, atau disiksa secara fisik maupun mental. Mengapa demikian? Alasan pertama, menurut Whitney, adalah ‘olahraga’ pikiran. Membaca alur cerita yang mengejutkan, adalah satu cara membuat pikiran tetap tajam.

Dan itu sebuah pengalaman yang mengasyikkan. Konten thriller butuh diselesaikan, seperti puzzle yang harus disatukan, dan penuh ekspektasi untuk sampai ke bagian akhir. Penelitian menyebut, otak manusia butuh aktivitas mental yang demikian.

“Laki-laki lebih sering memproses dengan otak kiri, sedangkan perempuan menyeimbangkan dua bagian otak. Itu kenapa laki-laki menyelesaikan masalah dari perspektif yang berorientasi pada tugas, sementara perempuan menyelesaikannya lebih kreatif dan peka terhadap cara berkomunikasi,” kata Dr Sam Fraser, psikolog klinis, menjelaskan.

Selain perkara aktivitas otak, kemungkinan kedua mengapa perempuan menyukai genre thriller adalah karakter yang ditampilkan. Meski situasi dalam novel itu terkadang tidak masuk akal, tapi karakter tokohnya tentu tidak.

Karena kehidupan perempuan masa kini semakin kompleks, kemungkinan bertindak yang berisiko pun berkurang. Melalui karakter tokoh di novel thriller yang berani, perempuan merasa lebih hidup dibanding dunia nyatanya.

Perempuan cenderung lebih ingin dirinya memerankan seorang yang aktif dan penuh kontrol, karena itu mereka menyukai cerita-cerita thriller. Sementara ini di dunia nyata, perempuan harus berkarier, mengurus rumah tangga, sehingga lupa pada keinginan diri.

“Teori saya, banyak perempuan hidup dalam tatanan penuh seperti pekerjaan kantor, tanggung jawab melayani, dan pekerjaan rumah tangga. Fiksi kriminal, lazimnya tentang keteraturan dan mendadak dan temporer menjadi tidak teratur. Sangat memuaskan membaca itu,” tulis pengarang Julia Crouch.


LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER