Jakarta, CNN Indonesia -- Hantu Sadako bakal kembali bergentayangan di layar lebar. Publik Indonesia pasti antusias menantinya, mengingat perempuan berambut panjang yang keluar dari sumur itu pernah menjadi fenomena di Tanah Air. Setelah punya sekuel, Sadako bakal dibuat prekuel.
Judulnya
Rings. Mengutip Ace Showbiz, film itu akan bercerita tentang latar belakang Sadako atau Samara sebagai pemeran utama.
Rings dibuat jauh sebelum kaset rekaman itu ada. Kisah hidup Sadako akan lebih digambarkan detail.
Rings akan disutradarai F. Javier Gutierrez dan dibintangi Akiva Goldsman, David Loucka, dan Jacon Aaron Estes. Film itu dijadwalkan ada di teater 13 November mendatang. Kali ini
Rings murni ide Amerika, bukan lagi adaptasi Jepang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, ide film
The Ring yang muncul tahun 2002 sebenarnya berasal dari film
Ringu di Jepang. Film pendahulu itu dibuat tahun 1998.
The Ring ternyata laris manis, sampai dibuat sekuel. Selain
The Ring, berikut film horor Asia yang dibuat ulang Amerika.
Tak bisa dipungkiri, ini film horor paling fenomenal, bahkan sampai bertahun-tahun. Dibuat tahun 2002, hingga kini hantu Samara dalam The Ring tetap dikenang. Film garapan sutradara Gore Verbinski itu sejatinya adaptasi dari horor Jepang berjudul Ringu. Di film asalnya, hantu Samara bernama asli Sadako.
Film yang kemudian dibuat sekuelnya pada 2005 itu punya gaya bercerita yang sedikit berbeda dengan Ringu. Kesannya lebih logis, meski penampakan hantu dan kekuatan gaibnya tetap ada. Ciri khasnya, berupa hantu perempuan yang meninggal dalam sumur dan bisa merangkak sampai keluar layar televisi, juga ditampilkan.
The Ring dibintangi oleh Naomi Watts. Kalau hantu Sadako di Ringu berusia 19 tahun, Samara dalam The Ring dimainkan bocah berusia 12 tahun bernama Daveigh Chase. Dikisahkan, Samara merupakan anak keturunan manusia dan setan yang dibunuh ibu angkatnya dan dikurung dalam sumur.
Hantu anak kecil yang kerap muncul di tangga rumah kayu bertingkat dalam film The Grudge, juga fenomenal. Bocah laki-laki berkulit pucat dengan mata hitam itu biasanya mengagetkan penghuni rumah dengan suara serak terbata-bata, serta kemunculan dan jeritan mendadak.
The Grudge difilmkan tahun 2004. Film itu mengisahkan suster Amerika yang bekerja di Tokyo, lalu tinggal di sebuah rumah lama. Popularitas The Grudge menyusul The Ring, yang dua tahun sebelumnya juga menjadi fenomena.
Siapa sangka, The Grudge sejatinya juga merupakan adaptasi sutradara Takashi Shimizu. Film yang dibintangi Sarah Michelle Gellar itu punya versi Jepang berjudul Ju-On: The Grudge, yang dirilis pada 2002. Seperti The Ring, The Grudge pun dibuat sekuelnya karena amat laris.
Setelah sukses dengan The Ring dan The Ring 2, sutradara Hideo Nakata membuat film horor baru berjudul From the Bottom of Dark Water. Ia terinspirasi dari cerita pendek karangan penulis Jepang, Koji Suzuki, berjudul Floating Water. Film itu disambut pula oleh Amerika.
Sutradara Walter Salles membuat adaptasinya. Ia mendapuk aktris Jennifer Connelly menjadi pemeran utama, dan filmnya dibuat berjudul Dark Water. Film itu tayang tahun 2005, tiga tahun setelah film aslinya bergentayangan di bioskop.
Kisahnya masih sama. Dark Water menceritakan seorang ibu yang telah bercerai dan harus membesarkan anak perempuan. Mereka pindah ke sebuah apartemen misterius. Apartemen itu selalu digenangi air yang tak tahu asalnya.
Di Jepang, film Pulse lebih dikenal dengan judul Kairo. Ia muncul lebih dahulu dibanding versi Amerika. Kairo yang merupakan film buatan Kiyoshi Kurosawa, rilis pada 2001. Film itu dibuat berdasarkan novelnya yang berjudul sama. Idenya unik, hantu yang bersemayam di internet.
Pada 2006, muncul versi Amerikanya dengan judul Pulse. Situs The Guardian menyebutnya sebagai film penanding The Ring. Ia disebut-sebut sebagai film yang membuat sulit tidur karena ketakutan diganggu hantu dari internet.
"Pulse adalah yang terbaik untuk dinikmati jika tidak dipertanyakan terlalu dekat. Film itu hidup secara visual, tapi tidak secara intelektual," demikian ulasan Washington Post.
Film yang dibintangi Jessica Alba ini juga adaptasi dari horor Asia, lebih tepatnya Hong Kong. Di sana, film itu berjudul Pang Brothers. Ceritanya sama, tentang seorang pemain biola bernama Sydney yang baru saja menjalani operasi kornea mata. Ia mendadak bisa melihat masa lalu dan masa depan dengan mata barunya.
The Eye bukan satu-satunya film yang dibuat berdasarkan Pang Brothers. Setelah film itu rilis pada 2002, ada Naina yang tayang tahun 2005 dan berdasarkan pada cerita yang sama. Sedangkan The Eye, baru tayang pada 2008.
Butuh lima tahun bagi sutradara Eric Valette untuk menggarap One Missed Call yang diadaptasi dari film Jepang berjudul sama. One Missed Call versi Jepang dibuat pada 2003 oleh sutradara Takashi Miike. Film itu didasarkan pada novel Chakushin Ari karya Yasushi Akimoto.
Baru pada 2008 One Missed Call versi Amerika tayang. Alur ceritanya masih sama, tentang seorang siswa yang mendapat pesan dari suara misterius di ponselnya. Siapa yang mendapat dering telepon misterius itu, akan meninggal.
Penelepon juga memberikan tanggal, waktu, bahkan beberapa detail kematian penerimanya. Saat tiba saatnya si pemeran utama mendapat telepon, ia pun berjuang menyelamatkan diri. One Missed Call versi Amerika dibintangi oleh Edward Burns, Shannyn Sossamon, dan Ray Wise.
Bayangan Anna akan kakaknya, Alex tampak sangat nyata. Bersama sang kakak ia mencari tahu pembunuh ibu mereka, yang terbakar hidup-hidup di sebuah rumah danau. Akhir cerita film The Uninvited itu sangat mengejutkan. The Guard Brothers sukses membuat film itu menarik.
Namun ternyata, The Guard Brothers bukan menciptakan film dengan idenya sendiri. Film The Uninvited dibuat berdasarkan film Korea berjudul A Tale of Two Sisters. Film pendahulunya itu tayang di bioskop pada 2003. Sementara The Uninvited, tayang enam tahun kemudian, pada 2009.