Jakarta, CNN Indonesia -- Film
Di Balik 98 menjadi salah satu yang diputar dalam Indonesian Film Festival di Australia tahun ini. Debut Lukman Sardi sebagai sutradara itu langsung mendapat sambutan meriah. Australia menganggapnya sebagai tonggak demokrasi di Indonesia.
Di mata mereka, difilmkannya peristiwa reformasi tahun 1998 membuktikan bahwa Indonesia sudah tak lagi dicengkeram tirani. "Setelah tiga dekade sensor film di bawah Presiden Soeharto, industri film Indonesia berkembang," demikian tulis situs berita ABC.
Tandanya adalah keberanian mengeksplor masa lalu.
Di Balik 98 memang menceritakan banyak sudut pandang. Ada dari sisi aktivis yang menuntut kebebasan berpendapat. Ada dari aparat pemerintah. Ada pula pemulung yang nasibnya ditentukan oleh siapa yang berkuasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kantor berita ABC mewawancarai salah satu pemain, Chelsea Islan. Chelsea memerankan Diana, seorang aktivitas mahasiswa tahun 1998. Ia tomboi, gagah, berdeterminasi tinggi, dan keras kepala. Diana terlibat dalam demonstrasi menuntut reformasi di masa penuh gejolak itu.
Pembawa berita Bev O'Connor menanyai Chelsea soal bagaimana ia memainkan perannya. Sebab saat tragedi 1998 terjadi, bintang komedi situasi Tetangga Masa Gitu itu masih berusia tiga tahun. Ia belum paham apa yang terjadi.
"Saya melakukan riset ke Trisakti, itu kami sebut sebagai kampus reformasi," kata Chelsea menjawab, dalam video yang ditayangkan ABC. Ia lalu menjelaskan dirinya juga masuk ke museum reformasi yang memang dibangun untuk mengenang perjuangan para aktivis pada masa itu.
O'Connor kemudian terlihat bingung. Ia kembali bertanya, bagaimana Chelsea bisa menjalin kedekatan dan mengorek informasi dari mantan aktivis soal tragedi 1998. Chelsea pun menjelaskan dengan santai bahwa Indonesia sekarang sudah menjadi negara yang terbuka.
Menurut data penonton dalam situs Film Indonesia, sejauh ini
Di Balik 98 merupakan film terlaris yang rilis 2015. Jumlah penontonnya mencapai hampir 650 ribu orang.
Diputarnya film itu di lain benua seperti Australia, melambungkan harap untuk kemajuan perfilman Indonesia. O'Connor bertanya bagaimana jika film itu membawa Chelsea ke ranah internasional. Apalagi sudah ada bintang Indonesia yang dikenal di Hollywood.
"Saya harap begitu, saya berharap sekali. Karena itu adalah salah satu mimpi saya," jawab Chelsea dengan wajah sangat sumringah.
(rsa/vga)