Jakarta, CNN Indonesia -- Kurang dari sebulan diluncurkan, layanan streaming Tidal milik penyanyi rap Jay Z kini bagai di ujung tanduk. Pada Jumat lalu (17), Tidal ditinggal 25 pegawainya, termasuk sang petinggi, Andy Chen, yang menjabat sebagai CEO.
Perubahan besar ini tentu saja berdampak tak kalah besar terhadap Jay Z yang telah menggelontorkan dana sebesr US$56 juga kepada perusahaan Aspiro yang memayungi Tidal. Demikian dikabarkan laman
Rolling Stone.
Tidal diluncurkan pada 31 Maret lalu di New York, AS. Acara peluncurannya dihadiri belasan musisi, seperti Beyonce, Kanye West, Madonna, Daft Punk. Semula, layanan musik streaming Tidal dimiliki Swedia, kemudian diakuisisi Jay Z.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Layanan streaming Tidal menyediakan akses berbayar bagi para peselancar ranah maya untuk menyimak musik berkualitas sekaligus memirsa lebih dari 75.000 video musik serta konten lain, seperti wawancara artis.
Kepada Business Insider, Jay Z menyatakan, “Tiap musisi yang bergabung di Tidak memiliki akun untuk memonitor statistik musik atau albumnya.” Menurut Chief Investment Officer Tidal Vania Schlogel, “Tidal tak ubahnya
life project bagi Jay Z.”
Saat peluncuran Tidal, Jay Z menyebut, layanan streaming ini merupakan cara baru bagi artis untuk mengawasi karya dan uang mereka dari musik digital. Soal uang ini, Jay Z memastikan perlakuan yang lebih menjanjikan dan transparan.
Namun kini, keadaan telah berubah. Mantan CEO Aspiro Peter Tonstad menggantikan posisi Andy Chen. Juru bicara Tidal mengatakan, “Keandalan dan visi Tonstad tentang industri musik sangat dibutuhkan Tidal untuk mengubah
status quo-nya.”
Selain membicarakan keandalan Tonstand, sang juru bicara juga menyampaikan perihal lowongan pekerjan di sejumlah posisi. Kabar ini sungguh mengejutkan mengingat Tidal didukung banyak musisi hebat, dari Alica Keys, Rihanna, Jack White, sampai Madonna.
Tidal sempat disebut-sebut sebagai kompetitor layanan streaming sejenis, seperti Spotify, Pandora, juga Beats Music milik Apple. Kelebihan Tidal dibanding para kompetitornya ini terletak pada bentuk layanan konsumen yang unik.
“Saya percaya Tidal,” kata Tonstad. “Apa yang tim kami lakukan adalah mengubah kebutuhan industri musik. Kami memastikan platform berkembang dan para pendengar bisa berhubungan dengan artis favoritnya. Tak ada yang bisa melakukan hal ini.”
Jauh sebelum Jay Z membeli Aspiro, Chen, yang semula menjabat sebagai Chief Executive Aspiro, sempat menyatakan kepada Rolling Stone, pada tahun lalu, soal rencana memboyong Tidal, yang merupakan bikinan Swedia, ke penjuru Atlantik.
“Menurut saya secara pribadi, kompetisi musik streaming tak mesti dimenangkan oleh si pemilik suara lantang. Kami tak bermaksud menganggap enteng layanan lain. Kami hanya menawarkan hal lain,” kata Chen sebagaimana dikutip laman
Rolling Stone.Chen juga menyatakan keinginannya untuk terus mengembangkan keberlangsungan musik. Tapi siapa sangka, keberlangsungan kariernya sendiri, juga 24 pegawai lain, bersama Tidal ternyata hanya beberapa pekan saja.
(vga/vga)