Jakarta, CNN Indonesia -- Dua remaja pria berbaring di lantai, masih berseragam SMP. Yang satu melakukan aktivitas seksual sendiri sembari membayangkan gadis pujaannya, sehingga yang satu lagi terdorong hasrat ingin melakukan intimasi dengan si teman di sebelahnya.
“Lo terangsang, ya!” Pertanyaan bernada sengit ini pun berujung perkelahian yang tak kalah sengit antara keduanya. Demikian sepenggal adegan yang tergambar di film pendek
The Fox Exploits The Tiger’s Might arahan sutradara muda Lucky Kuswandi.
Secara terang-terangan, film berdurasi 25 menit ini antara lain menyajikan adegan yang tak biasa dieksploitasi di kebanyakan film Indonesia: masturbasi. Sekalipun tak terlampau eksplisit, mau tak mau penonton, terutama pria, dibuat berdebar-debar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Fox memang film yang dirancang Lucky bersama timnya, juga Babibutafilm, Hivos Asia Hub dan Yayasan Cipta Citra Indonesia, untuk “mendiskusikan hal-hal terkait hak-hak seksual dan menjadikan hal-hal itu tidak tabu lagi untuk dibicarakan.”
Demikian dinyatakan oleh Tunggal Pawestri mewakili organisasi dari Belanda, Hivos, dalam konferensi pers yang berlangsung usai pemutaran
The Fox di Institut Francais Indonesia (IFI) di kawasan Thamrin, Jakarta, kemarin (23/4).
“Kami tidak melihat seks sebagai sesuatu yang tabu untuk dibicarakan,” kata Lucky. “Justru kami membahasnya dari perspektif yang lebih kompleks. Seksualitas berelasi dengan banyak hal. Dalam film ini, kami hubungkan dengan kekuasaan.”
Kenyataannya, tabu yang diumbar dalam
The Fox menarik perhatian panitia Cannes Film Festival di Perancis.
The Fox diikutsertakan dalam Semain de La Critique atau Critic’s Week ke-54. Tentu saja, ini merupakan prestasi tersendiri bagi sinema Indonesia.
Bukan perkara mudah menembus Critic’s Week yang didirikan pada 1962 oleh para jurnalis dan kritikus film yang tergabung dalam French Union of Film Critics.
The Fox harus bersaing melawan 1.750 karya film pendek dan 1.100 film fitur dari seluruh dunia.
Sebagaimana isi siaran persnya,
The Fox menjadi film pendek pertama yang berhasil masuk dalam kompetisi ini. Sebelumnya, pada 1989, film
Tjoet Nja’ Dhien karya sutradara Eros Djarot berhasil terseleksi dalam kompetisi film panjang.
“Kegiatan kami di Cannes: ada tiga kali pemutaran film. Dua kali untuk pers, satu kali untuk publik,” kata Lucky. “Saya juga menghadiri semacam
workshop untuk mengembangkan
project baru, bersama
film maker, produser, dan distributor dari Paris.”
Festival Film Cannes akan digelar pada 13-24 Mei 2015. Thierry Frémaux, mewakili Cannes, menyatakan festival ini merupakan selebrasi seni sinematografi yang menampilkan kebaruan dalam penulisan naskah,
genre, juga inovasi visual.
[Gambas:Youtube] (vga/vga)