Rona 'Y Tu Mama Tambien' dalam 'The Fox'

Vega Probo | CNN Indonesia
Jumat, 24 Apr 2015 12:55 WIB
Adegan masturbasi sepasang remaja pria mengisi paruh akhir film berdurasi 25 menit ini. Upaya mendiskusikan isu seksual secara berani dan positif.
Para pemeran dan produser film The Fox Exploits The Tigers Might di IFI, Jakarta (23/4). (CNNIndonesia/Vega Probo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berapa banyak adegan masturbasi di film pendek The Fox Exploits The Tiger’s Might? Bukan satu atau dua kali. “Banyak!” seru Kemas Fauzan, pemeran David, saat konferensi pers The Fox di di Institut Francais Indonesia (IFI), Jakarta, kemarin (23/4).
 
Kebayang kan, susahnya jadi David yang setiap hari masturbasi,” kata pemuda berambut kriwil ini. Sementara bagi Atreyu Artax Moniaga, yang menjadi tandemnya dalam film tersebut sebagai Aseng, pengalaman syuting kali ini terbilang seru.

Adegan masturbasi yang dilakukan David dan Aseng mengisi paruh akhir film berdurasi 25 menit ini. Masih mengenakan seragam SMP, kedua remaja melakukan aktivitas seksual sendiri sembari membayangkan gadis pujaan, Aling (Christine Harsojo).

Melihat aksi dan celoteh keduanya yang bernada sarkas, sedikit mengingatkan pada adegan di film Y Tu Mamá También yang juga mengumbar adegan masturbasi. Sekalipun tak seeksplisit penggambaran versi sutradara Latin Alfonso Cuarón.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya rasa, it’s good kalau kita sebagai film maker juga melihat apa yang dikerjakan film maker yang kita hormati, dan bagaimana film tersebut bisa menginspirasi kita,” kata sutradara The Fox, Lucky Kuswandi, yang mengaku sangat menyukai Y Tu Mamá También.

Dimuatnya adegan seksual dalam The Fox bukan tanpa alasan. Sejak awal, Lucky, yang menggarap film ini bersama Babibutafilm, Hivos Asia Hub dan Yayasan Cipta Citra Indonesia, memang berniat mendiskusikan hal-hal terkait hak-hak seksual secara lebih terbuka.

“Kami tidak melihat seks sebagai sesuatu yang tabu untuk dibicarakan,” kata Lucky saat konferensi pers The Fox di IFI (23/4). “Seks adalah hal yang sangat mendasar. Tapi masyarakat kita takut dengan hal-hal berbau SARA dan seksualitas.”

Untuk itulah, Lucky dkk membahas isu seksualitas dari perspektif yang lebih kompleks. “Seksualitas berelasi dengan banyak hal. Dalam film ini, kami hubungkan seksualitas dengan kejadian perebutan kekuasaan.”

Lucky berdalih, seksualitas yang ditampilkan dalam The Fox bukan pornografi. Hal ini juga ditegaskan oleh Tunggal Pawestri mewakili organisasi dari Belanda, Hivos Asia Hub. Menurutnya, seksualitas bukan tabu dan layak dibahas secara positif.

“Ada problem-problem muncul ketika kita mulai menabukan hal yang seharusnya menjadi pengetahuan bersama,” kata Tunggal. “Ketika isu seksual tak pernah didiskusikan, maka kasus penting seperti kekerasan seksual dan HIV/AIDS menjadi terpinggirkan.”

“Kenapa kita terus membicarakan seksualitas secara negatif? Kenapa kita enggak bicara sexual pleasure, seksualitas dari hal-hal yang positif? Padahal seksualitas adalah hal yang cair, bertumbuh, berkembang,” kata Tunggal panjang lebar.

Melalui The Fox, Hivos membuka wacana seksual dan mendobrak tabu, juga mengajak khalayak mendiskusikan secara berani dan positif film yang menyoroti kegiatan anak muda bermain dengan seksualitasnya ini.

“Rata-rata penonton pria tertawa terbahak-bahak saat menonton adegan masturbasi, karena semua punya pengalaman itu, tapi tabu membicarakannya,” kata Tunggal. “Sexual pleasure itu fakta. Kenapa harus jadi hal yang tabu?”

Selain The Fox, Hivos bersama Babibutafil dan Yayasan Cipta Citra Indonesia juga memproduksi dua film pendek lain, Sendiri Diana Sendiri karya Kamila Andini dan Kisah Cinta yang Asu karya Yosep Anggi Noen.

Ketiganya akan diputar di Festival Film Cannes di Perancis, pada 13-24 Mei 2015. Namun hanya The Fox yang diikutsertakan dalam Semain de La Critique atau Critic’s Week di festival bergengsi yang merupakan selebrasi seni sinematografi ini. (vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER