Jakarta, CNN Indonesia -- Dibanding
Cantik Itu Luka,
Lelaki Harimau, atau
Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, buku itu terbilang tipis. Tak sampai 200 halaman. Sampulnya berwarna oranye dengan judul huruf bersambung dan siluet perempuan dengan rambut serta gaun tertiup angin.
Judulnya terkesan picisan:
Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi. Tapi nama Eka Kurniawan sebagai penulis membuat buku itu jadi lebih memikat.
Dan seperti yang sudah-sudah, kata-katanya memang sukses menjadi magnet sejak kalimat pertama. "Kenapa pula aku tak mengajaknya bertemu di China Town, pikir Mei". Begitu Eka menulis dalam cerita
Gerimis yang Sederhana. Ringan, tapi sekaligus membuat penasaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gerimis Sederhana bercerita tentang pertemuan lelaki dan perempuan Indonesia di Amerika. Secuil fiksi yang ditulis tahun 2007 itu terasa ringkas, tapi tak kehilangan makna. Dari situ, Eka lalu melanjutkan ke
Gincu Ini Merah, Sayang. Tentang mantan pelacur yang terjaring polisi lalu jadi diceraikan suami.
Sekali lagi Eka tidak menulis dengan mengawang-awang. Permainan katanya lugas tapi tak klise. Idenya selalu sederhana. Tapi ia mampu membungkus yang biasa itu dengan apik.
Setelah dua cerita pertama, akhirnya pembaca sampai ke
Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi. Eka mengakui tulisan itu terinspirasi dari kisah The Ruined Man Who Became Rich Again Through a Dream.
Namun kali ini ceritanya lebih mirip film televisi yang ditulis secara sastra, ketimbang kisah-kisah Eka yang lain. Entah apa alasan
Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi dijadikan judul utama.
Itu bagai mendistraksi karakter Eka yang identik dengan pemikiran mendalam, kata ringan dan lugas, namun enak dibaca. Cerita yang satu itu justru menjadi anomali dari kisah lainnya.
Untungnya Eka masih punya 12 cerita lagi setelah itu.
Jangan Kencing di Sini dan
Membuat Senang Seekor Gajah sederhana, tapi menghibur. Begitu pula dengan
Cerita Batu, yang mengisahkan perjalanan sebuah batu dari satu pembunuhan ke pembunuhan yang lain.
Eka menutup kumpulan ceritanya dengan
Pengantar Tidur Panjang. Kisah Eka kali itu mampu menyentuh dan menggugah tanpa menggurui.
Membaca
Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi secara keseluruhan, seperti mengumpulkan kembali serpihan karya Eka dari tahun 2007 hingga 2013. Temanya bervariasi, meski kebanyakan masih berkisar antara perempuan dan cinta.
Gaya penulisan Eka tidak berubah dari masa ke masa. Tetap sederhana tapi tak kacangan dan enak dibaca. Kevulgarannya juga "awet" dipertahankan. Semua ditulis secara lugas, jelas, tanpa tedeng aling-aling. Eka selalu bisa bercerita tanpa perlu banyak berpuisi.