Jakarta, CNN Indonesia -- Sebelum mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Puri Cinere, Rabu (6/5) Ferrasta Soebardi alias Pepeng rupanya sempat mengerjakan sebuah proyek. Hingga mendapat serangan jantung yang kali ini sampai merenggut nyawanya, proyek itu belum tuntas.
Itu disampaikan Bens Leo, pengamat musik senior yang juga salah satu sahabat Pepeng. Bens kebetulan berada di samping Pepeng pada saat-saat terakhir. Ia bahkan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana istri Pepeng datang, membacakan Al-Quran, dan mengucap "
I love you". Setelah itu, Pepeng "pergi".
Proyek yang dimaksud Bens adalah sebuah buku. "Di atas tempat tidur, seingat saya beliau masih menulis satu buku. Kebetulan saya diminta ikut mengisi buku itu," ujar Bens.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, ia tak tahu bagaimana kelanjutan buku itu. "Mungkin kalau diedarkan buku ini akan jadi
best seller," ucap Bens yakin. Ia tidak bercerita tentang apa buku itu. Sebelumnya, Utami istri Pepeng juga pernah menulis buku tentang kisah cintanya yang bertahan sampai 25 tahun, meski Pepeng sakit.
"Kami yakin, kesulitan baru yang Allah berikan ini akan menumbuhkan semacam pohon hikmah yang buahnya bisa kami petik sebagai pelajaran. Pengalaman kami ini mungkin bisa menjadi motivasi, bahwa bagaimana pun pahitnya hidup harus kita rasakan," tulis Utami dalam buku.
Buku itu berjudul
That's All. Apa judul buku yang sedang ditulis Pepeng, Bens tak tahu menahu. Keluarga pun tak mengungkit soal itu.
Utomo Muhammad Isa, adik ipar Pepeng hanya menuturkan sampai akhir hidupnya sang kakak masih terus berkarya. "Apa saja dia lakukan. Tidak hanya dalam bidang hiburan tapi juga menulis buku, mengajar, jualan juga iya. jadi segala hal dia lakukan," Utomo mengatakan.
Utomo juga bercerita soal kronologi multiple sclerosis yang menyerang kakak iparnya, saat ditemui di rumah duka, kawasan Cinere, sebelum pemakaman. Kata Utomo, awalnya hanya cedera lutut biasa ketika Pepeng bermain badminton di usia 50. Lutut Pepeng kala itu bernanah.
"Tiba-tiba setelah berapa minggu kemudian jatuh dan enggak bisa berdiri, harus diangkat berapa orang. Dari kecil enggak pernah olahraga, tiba tiba sekalinya olahraga yang berat setiap hari," Utomo menuturkan lagi.
Meski begitu, selama setahun Pepeng tidak memeriksa cederanya. Setelah dua kali operasi, ia pun divonis terkena multiple sclerosis. Penyakit yang menyerang saraf pusat itu menyebabkan bagian-bagian tubuhnya lumpuh. Pepeng pun tak lagi bisa berjalan. Hidupnya mengandalkan ranjang dan kursi roda.
Meski begitu, Pepeng tetap menempuh S2 di Psikologi Universitas Indonesia, bahkan mengajar. Ia juga masih melawak dan muncul di acara televisi. Kini, Pepeng tiada. Bukan multiple sclerosis penyebabnya, melainkan serangan jantung. Pepeng dimakamkan di TPU Jelupang, Serpong, Rabu (6/5) pukul 15.30 WIB.
(rsa/rsa)