Awalnya, aktor 28 tahun itu semangat ikut
casting. Ada yang sampai kontrak, tapi ternyata batal. Pada masa-masa itu, Arifin mengaku hanya bisa mengandalkan keluarga, sahabat, dan dirinya sendiri. "Harus mencari kekuatan terdalam kita," katanya memotivasi.
Ia juga teringat kata-kata sang manajer yang terus terngiang di telinganya, "Mau jadi pemenang atau pecundang? Pemenang itu, baru kelihatan saat sedang jatuh seperti ini." Saat itu Arifin beranggapan, bicara saja sih mudah. Tapi kelamaan, ia instrospeksi diri juga.
"Saya bertanya-tanya, jatuh begini alasannya apa. Saya bisa menyalahkan seluruh dunia, tapi mungkin enggak dari saya sendiri? Kurangnya apa, salahnya apa," ucapnya merenungkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bintang
The Raid 2: Berandal itu akhirnya menganggap jatuhnya dia kala itu adalah anugerah. Kalau naik terlalu cepat, tidak akan bisa mensyukuri hidup. Untuk bisa bersyukur, terkadang butuh jatuh terlebih dahulu.
"Saya baca buku
Rich Dad Poor Dad, tentang bisnis. Di situ dibilang, semua orang pasti bangkrut. Kalau bisa, bangkrutlah sebelum umur 30. Dengan begitu masih bisa bangkit lagi," ucapnya. Ia pun akhirnya bersyukur jatuh lebih awal, sehingga masih bisa bangkit lagi.
"Akhirnya sekarang saya jadi mensyukuri setiap kerjaan. Semua kerjaan diambil, bahkan jemput bola. Enggak boleh capai. Mending banyak kerjaan atau enggak ada? Saya sudah mengalami dua-duanya, dan lebih memilih banyak kerjaan," katanya berseloroh. Ia khawatir jika mengeluh lelah, Tuhan akan memberinya "istirahat".