Kalau dahulu paceklik, sekarang Arifin panen. Setiap hari ada saja pekerjaan menanti. Belum selesai satu proyek film, sudah ada proyek lain yang harus dikerjakan. Ia mengaku lebih senang dengan kondisinya sekarang. Etos kerja keras itu dituruninya dari sang ibunda.
Meski begitu, layar kaca tetap kehilangan bintang
Rumah Dara itu. Arifin mengaku ia memang kini lebih fokus ke film dan menutup untuk sementara menutup diri dari sinetron. Sejak 2008, ia memang seperti hijrah ke film dengan membintangi
Lost in Love."Tapi memang sejak akhir 2013, saya putuskan untuk enggak main sinetron lagi untuk sementara waktu," ujarnya menerangkan. Ia merasakan perbedaan antara berkecimpung di layar kaca dan layar lebar. Meskipun, keduanya sama-sama punya kelebihan dan kekurangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasannya memilih film bukan perkara uang semata. Jika dibandingkan, uang di film justru lebih tidak pasti dibanding sinetron. "Kalau film itu lebih banyak usaha dari kita sendiri.
Casting, menjaga hubungan baik dengan produser dan sutradara, promosi. Banyak permainan caturnya," kata Arifin.
Jika rumah produksinya serius, kemungkinan film akan berhasil baru sekitar 95 persen.
Di sinetron, ia mengakui, uang lebih rutin mengalir. Yang menjadi masalah adalah penentuan rating dan keterlibatan banyak pihak. Bisa jadi, karena stasiun televisi tidak suka, yang sudah syuting batal tayang.
Bisa juga, jeda ke masa tayang terlalu lama. Sementara itu, aktor dikenai pasal eksklusivitas untuk tidak ke mana-mana. Ia jadi tak bisa mengambil pekerjaan lain.
"Kalau lancar, aman. Kita seperti dituntun. Jadi satu keluarga dengan pemain sinetron lainnya. Tapi untuk menjadi aktor, harus mencicipi dua-duanya sih. Film dan sinetron."