Usaha Film Adaptasi Memuaskan 1001 Imajinasi

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Senin, 01 Jun 2015 15:52 WIB
Mengadaptasi buku atau cerita pendek ke layar lebar bukan hal mudah, meski terkesan sepele. Penulis skenario dihantui penonton yang tak terpuaskan.
Salah satu adegan Filosofi Kopi, film adaptasi dari cerpen Dewi 'Dee' Lestari. (Dok Visinema)
Jakarta, CNN Indonesia -- Film yang diadaptasi dari cerita yang sudah ada, tampaknya semakin menjamur. Karya Dewi Lestari alias Dee saja, sudah empat yang difilmkan: Perahu Kertas, Rectoverso, Madre, dan terakhir cerita pendek Filosofi Kopi.

Jenny Jusuf, penulis skenario Filosofi Kopi menegaskan banyaknya film adaptasi bukan tolok ukur krisis ide di dunia hiburan. Ia mengaku banyak menemui penulis skenario dengan beragam ide gila. Namun, tidak semua ide bisa diejawantahkan ke dalam film. Industri raksasa itu melibatkan begitu banyak kepentingan.

Bukan hanya penulis skenario, film juga melibatkan sutradara, produser, dan pemain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di satu sisi, mengadaptasi buku ke layar lebar punya satu keunggulan. Karya itu sudah punya penonton, bahkan sebelum ditayangkan. Siapa? Pembaca, tentu. "Bukan soal bukunya laris enggak, tapi apakah penulisnya sudah punya audiens enggak," kata Jenny pada CNN Indonesia yang ditemui usai sebuah pelatihan menulis di kawasan Kebayoran, Jakarta.

Tentu tim produksi tidak akan serta-merta mencomot naskah buku hanya karena penulisnya terkenal atau karyanya laris terjual. Ada banyak faktor yang menentukan. "Dari sekian banyak karya Dee juga tidak semua difilmkan."

Mentransformasi cerita tulis yang mementingkan imajinasi, ke naskah untuk visual, diakui Jenny gampang-gampang susah. Ada upaya khusus saat film dibuat dari cerpen. Ada usaha ekstra pula saat harus mereduksi buku setebal ratusan halaman menjadi naskah film berdurasi dua jam.

"Yang penting itu nyawa cerita. Mau mengembangkan atau mengurangi, nyawa cerita harus tetap ada," kata Jenny menegaskan.

Karena itu, saat menyetujui proyek Filosofi Kopi, Jenny tak mau jauh-jauh dari Dee. Ia yakin, yang paling tahu nyawa cerita dari sebuah buku atau cerpen adalah penulisnya.

"Penulis skenario itu, antara cenderung ke sineas atau penonton. Saya ke Mbak Dee," kata Jenny. Ia menambahkan, "Kalau skenario itu tulang punggung film, tulang punggung cerita adalah penulisnya." Filosofi Kopi misalnya, Dee menggarisbawahi cerita ayah dan anak tak boleh hilang. Sebab, itu inti kisahnya.

"Cerita ini persembahan dia untuk ayahnya yang mengenalkan kopi, begitu," tutur Jenny.

Dunia 1001 imajinasi

Penulis skenario bukan hanya dipusingkan proses. Mereka juga sering "dihakimi" setelah film usai. Menarik imajinasi pembaca buku ke imajinasi penonton film sama sekali tidak mudah. Sering penonton kecewa karena film tak sesuai imajinasi mereka saat membaca buku.

Jenny memilih tidak ambil pusing dengan itu semua. "Jangankan Filosofi Kopi, Harry Potter dan Hunger Games saja banyak yang marah-marah," ucapnya enteng. Ia memilih tidak bertanggung jawab memuaskan dunia 1001 imajinasi yang ada di kepala pembaca.

Menuruti itu semua hanya membuat penulis skenario atau sutradara pusing dan stres, karena setiap orang punya imajinasi dan ekspektasi berbeda-beda. "Yang saya bertanggung jawab adalah menggawangi cerita dari buku ke film agar tetap sama," katanya.

[Gambas:Youtube]

Lagipula, menurut Jenny, menuruti imajinasi penonton tak ada habisnya itu tidak menjamin film akan berhasil. Sebab sekali lagi, setiap orang punya parameter berbeda. "Apakah cerita akan berhasil, tergantung nyawanya," ucapnya.

Jenny juga menegaskan ia harus mau berkompromi. Sebab perannya sebagai penulis skenario hanya berhenti saat sutradara atau produser menyatakan naskahnya oke. Selebihnya, tangan sutradara atau aktor yang bermain.

"Ada adegan di Filosofi Kopi yang hasil improvisasi Angga (Angga Sasongko, sutradara), tidak ada di naskah," ujarnya. Jika sudah draft akhir, ia memang tak berhak lagi campur tangan. Kecuali, ada perintah untuk revisi.

"Saya pernah menulis naskah yang setelah jadi judulnya diganti, ceritanya diganti. Enggak bisa apa-apa, karena peran penulis skenario sudah selesai," kata Jenny sambil tersenyum.

(rsa/rsa)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER