Jakarta, CNN Indonesia -- Dari aura romansa yang menguar, Perancis sepertinya cukup terbuka akan hal-hal berbau seksualitas. Tapi menara "but-plugg"—salah satu jenis mainan seks—yang dibuat Paul McCarthy di Paris dirusak karena amuk protes dari kalangan konservatif. Kini, giliran seniman Anish Kapoor yang kena getahnya.
Kapoor membuat "vagina" raksasa di Palace of Versailles. Karya itu menjadi perdebatan di antero Perancis, bahkan sebelum benar-benar dibuka untuk publik. Instalasi raksasa itu rencananya baru akan dibuka pekan depan pada ajang budaya terbesar di Perancis tahun ini.
Ajang itu merupakan kali pertama seniman modern diundang ke Versailles, yang kental dengan sejarah revolusi serta kejatuhan sang raja. Chateau de Versailles, tempat Kapoor bekerja merupakan istana yang dibangun Sun King Louis XIV yang sekaligus menjadi simbol berakhirnya monarki serta revolusi Perancis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapoor sendiri menjadi yang terakhir dari sederet seniman kelas atas yang diajak berkarya serta berpameran di tempat itu, seperti diberitakan laman
The Guardian.Ia menyebut instalasinya Dirty Corner—Pojok Mesum. Itu merupakan sebuah corong baja besar yang diapit reruntuhan batu. Kapoor mengibaratkannya bak alat kelamin sang ratu. Tak ayal, karya itu langsung jadi perdebatan. Apalagi lokasinya persis menghadap istana.
Kalangan terbatas yang mengetahui instalasi itu bertanya-tanya, apakah karya Kapoor benar-benar merepresentasikan alat kelamin ratu. Jika ya, apakah itu mengacu pada Nyonya Perancis yang dihukum mati: Marie Antoinette?
Gubernur Versailles dan anggota parlemen Francois de Mazieres menegaskan, ia jelas tidak akan menerima karya itu. Menurutnya, karya Kapoor merupakan kesalahan.
Media lokal Le Parisien menyebut, Kapoor sebagai penantang yang genius. Media itu memberitakan, publik kecewa dengan vagina raksasa karya Kapoor itu.
Sementara surat media budaya mingguan Les Inrocks melawan kelompok anti-Kapoor. Mereka menyebut, karya sang seniman bisa menjadi simbol kekuatan dan identitas Perancis. "Makin banyak kontroversi justru membuat pengunjung berdatangan," tulis harian
Le Figaro, mengapresiasi karya Kapoor itu.
Kapoor merupakan pematung berdarah India yang tinggal di London, Inggris. Ia seniman pertama yang melakukan instalasi di ruangan bermain Jeu de Paume, yang mewakili gagasan "
liberty, equality, fraternity". Ruangan itu merupakan situs tahun 1789 dari pendiri demokrasi Perancis yang menolak tunduk pada kekuasaan raja dan bersumpah untuk membuat konstitusi.
Pada 2011, ia juga membuat instalasi Leviathan raksasa di Grand Palais Paris. Karyanya menarik 250 ribu pengunjung kala itu.
Terlepas dari kontroversi, tim Chateau de Versailles mengaku sangat bangga dengan kehadiran Kapoor. Menurut mereka, seniman itu merupakan simbol dialog seni dengan sejarah. Kapoor memang sangat populer di Perancis.
Masalahnya, kali ini ia dianggap "mengotori" kemegahan istana dan legenda monarki dengan seni modern yang dibawanya. Masyarakat Versailles sendiri masih kolot. Saat pematung Amerika Jeff Koons diundang pada 2008 saja, mereka melakukan unjuk rasa atas karyanya.
Masyarakat khawatir lobster raksasa dan kelinci tiup Koons akan menodai Chateau. Mereka juga menganggap pameran itu hanya untuk kepentingan Koons, agar popularitasnya naik.
Selain itu, pernah pula koleksi karya seniman Jepang Takashi Murakami dianggap merendahkan dan tidak sopan. Aktivis juga yakin itu ilegal. Saat itu, mereka melakukan protes di luar gerbang istana untuk karya Murakami yang inspirasinya adalah komik Jepang alias manga.
(rsa/rsa)