-- Hugh Jackman boleh saja "gantung cakar," mengakhiri perannya sebagai Wolverine di
dua tahun lagi. Namun mengutip CNN, ia masih bisa menggunakan kekuatannya untuk mengentaskan kemiskinan global. Cara yang dipilihnya sederhana, melalui kopi.
Itu tak lepas dari perjalanan Jackman dan istrinya, Deborra-Lee Furness ke Ethiopia pada 2009. Bersama sutradara Josh Rothstein, ia ingin membuat dokumenter tentang bagaimana World Vision memberdayakan masyarakat miskin.
Jackman merupakan duta World Vision Australia. Itu merupakan lembaga yang mengatasi masalah kemiskinan dengan melihat akarnya langsung.
"Satu hal yang saya suka dari World Vision adalah, ke mana pun mereka pergi, mereka menawarkan jalan keluar. Mereka tidak ingin orang-orang tergantung," Jackman mengatakan.
Perjalanan Jackman bersama tim World Vision ke Ethiopia itu bicara tentang kopi. CEO World Vision Australia, Tim Costello yang menyarankannya. Sebab, kopi merupakan salah satu sumber mata pencaharian penduduk setempat. Awalnya, Jackman tak terlalu peduli.
"Saya tidak berpikir Ethiopia akan berdampak pada hidup saya," ujarnya. Tapi ia kemudian bertemu dengan Dukale, ayah dari lima anak.
Ia seperti penduduk Ethiopia lain, yang menggantungkan hidup pada sebiji kopi. Dengan itu ia memberi makan keluarganya, mendidik anak-anaknya. Namun ada beberapa faktor di luar kontrol: tidak mendapat harga beli yang baik atau bekerja lama dengan untung sedikit.
Lewat Dukale, Jackman belajar memahami itu. Cepat Jackman akrab dengan pemuda 27 tahun yang tinggal di kawasan Yirgacheffe itu.
Dukale punya sedikit lahan kopi. Hanya ada 800 pohon di dalamnya. Ia bekerja 10 sampai 12 jam per hari, tujuh hari per minggu, agar kopi yang sedikit itu bisa menghidupi keluarganya. Namun Dukale sama sekali tak pernah menyerah.
"Dia orang paling bahagia yang pernah saya temui. Penuh kebahagiaan, penuh optimisme," katanya. Dari Dukale ia belajar, "Jika kita memberi orang pertolongan langsung, bukan sekadar sedekah, akan ada perbedaan besar."
Selama bersama Dukale, Jackman ikut berkeringat mengolah lahan, belajar bagaimana menanam kopi tanpa meninggalkan jejak karbon, dan sebagainya. Dari situ ia kemudian tersentuh. Saat pulang ke New York, Sang Wolverine berubah. Ia terus memikirkan Dukale.
Jackman pun meminta para pemimpin dunia di United Nations Climate Week untuk membantu petani seperti Dukale. Namun ternyata itu belum cukup. Jackman akhirnya menemukan langkah sederhana yang bisa lebih memuaskan.
Hanya dengan secangkir kopi, pikir Jackman, ia bisa mengubah dunia. Ia bisa mewujudkan mimpi mengentaskan kemiskinan. "Anda tak bisa mengatasi perubahan iklim jika Anda belum bisa mengatasi kemiskinan," ujarnya menegaskan.
Pada 2011, Jackman akhirnya merilis Laughing Man Coffe Foundation untuk memenuhi janjinya pada Dukale. Seratus persen keuntungannya ia gunakan untuk membantu pendidikan dan pengembangan komunitas di seluruh dunia.
Bintang
Chappie itu juga meluncurkan Laughing Man Coffe & Tea. Apa yang paling laris? Ia menyebutnya
Dukale's Dream—
Mimpi Dukale.Perusahaan pembuat kopi di Amerika, Keurig kini bekerja sama dengannya dan mulai musim semi ini menawarkan paket K-Cup. "Kesadaran akan konsumerisme adalah gerakan fenomenal. Saya pikir orang sekarang ingin tahu bahwa ketika mereka meminum secangkir kopi, mereka menaikkan rantai pasokan," ujar Jackman.
Impian Jackman itu hampir menjadi nyata. Sahabatnya, Dukale mendapat lahan lebih. Produksinya meningkat. Ia bahkan mampu membuka semacam kafe. Putra tertuanya, Elias segera menjadi anggota pertama keluarga yang lulus dari sekolah tinggi. Hidup Dukale berubah.
"Dia berhasil mengubah rantai kemiskinan keluarganya," ucap Jackman bangga. "Mimpi Dukale adalah menghidupi keluarganya, melihat mereka punya rumah, busana layak, pendidikan, dan perhatian atas kesehatan dan obat-obatan."
Mimpi Dukale dan Jackman akhirnya menyatu dalam keberhasilan. Apalagi sejak empat tahun kemudian, yakni persis 4 Juni lalu, dokumenter
Dukale's Dream premiere di New York.
Film itu tidak hanya menunjukkan perjalanan perubahan hidup Dukale. Dukale's Dream juga menyadarkan masyarakat bagaimana pemberdayaan ekonomi bisa membasmi kemiskinan. Di mata Jackman, perjalanan itu malah bukan tentang dokumenter, melainkan menghubungkan dunia.
"Kita adalah dunia yang sangat terkoneksi. Dokumenter ini punya akhir yang tidak pernah saya bayangkan," tuturnya mengakui.
Pemberdayaan ekonomi, katanya, membuat keluarga--contohnya Dukale--membuat lingkungan mandiri. Mereka bisa menghidupi diri sendiri, bahkan lingkungannya. "Bukan hanya pekan ini, tahun ini, tapi sampai generasi mendatang."
Keterlibatan Jackman menyokong ekonomi masyarakat, kepeduliannya akan kemiskinan, tidak datang tiba-tiba. Kegiatan humanis dan sosial sudah mengalir dalam darah bintang
Van Helsing itu. Ia mengikuti jejak sang ayah.
Christopher Jackman menanamkan itu dengan menjadi akuntan sukarelawan untuk amal yang membangun dunia. Ia dekat dengan kemiskinan. Jackman pun melihat itu tercetak jelas.
"Daerah miskin, yang saya pelajari, bukan tercipta secara alami. Itu dibuat oleh manusia dan sangat bisa ditanggulangi," ucapnya yakin.
Usia Jackman baru delapan tahun saat ia mulai mensponsori World Vision. Saat akhirnya menjadi bintang film, Jackman tidak berhenti. Ia melanjutkan perannya sebagai duta. World Vision lantas menawarinya peran memberdayakan ekonomi berbasis kegiatan komunitas.
Jackman pun menukar "cakar" dengan secangkir kopi untuk mengenyahkan kemiskinan dunia.