Bukan tanpa alasan Aditya Gumay menggarap Lenong Bocah. Ia sebagai pencetus, pemimpin, dan juga sutradara dari para remaja ini melihat bahwa lenong adalah budaya yang mampu menyampaikan pesan karena kontennya mudah diterima masyarakat Indonesia.
"Lenong adalah salah satu budaya yang mudah diterima oleh daerah lain di Indonesia, mungkin karena lenong adalah Betawi, Betawi adalah Jakarta, dan Jakarta adalah Ibu Kota Indonesia," kata Aditya.
Sebagai Ibu Kota, apa pun yang dibuat di Jakarta otomatis tersebar hingga ke pelosok daerah seantero Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan lenong populer di berbagai lapisan masyarakat di Indonesia.
Meskipun populer, bukan berarti Aditya tidak mengetahui pakem dari pertunjukan lenong. Lenong sepatutnya tampil diiringi rangkaian alat musik khas Betawi, Gambang Kromong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gambang Kromong merupakan sebuah orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa seperti sukong, tehyan, dan kongahyan. Nama Gambang Kromong sendiri diambil dari dua alat khas Betawi, yaitu Gambang dan Kromong.
Lagu yang biasa dibawakan oleh orkes ini bersifat humor, kegembiraan, dan kadang berisi ejekan ataupun sindiran. Secara penyebaran, Gambang Kromong tersebar merata di kampung-kampung Betawi, dan dimainkan baik oleh masyarakat peranakan Tionghoa ataupun warga Betawi asli.
"Lenong bocah sendiri adalah pembaruan dari lenong, tetap diiringi oleh Gambang Kromong," kata Aditya.
"Pembedanya adalah kami sudah menciptakan sebuah generasi baru dari lenong, dengan satu pembaruan di dalamnya, yaitu anak kecil memerankan peran dewasa seperti enyak, babeh, encang, encing, kelucuan itu datang dari situ, bagaimana mereka memerankan peran dewasa tanpa kehilangan karakter anak-anaknya," lanjut Aditya.
Namun, ditekankan oleh Aditya, pemain Lenong Bocah dibimbing oleh sebuah skenario, dan tidak seratus persen improvisasi seperti pada lenong asli.
Pengalaman berlatih lenong sejak dini memungkinkan para pemain Lenong Bocah ini akan memiliki banyak pengetahuan lawak ketika besar kelak.