Jakarta, CNN Indonesia -- Jodoh dan pernikahan tampaknya masih menjadi salah satu tema favorit sineas Indonesia yang membungkus film komedi romantis. Termasuk sutradara Monty Tiwa yang pernah membuat dua film komedi romantis laris
Get Married.Monty hadir kembali dengan sebuah film komedi romantis bertemakan perjodohan tersebut namun berbalut dengan budaya dan kultur Batak.
Adalah Tiar (Acha Septriasa), seorang gadis dan pengacara keturunan batak yang memiliki dialeg yang kental. Ia bekerja di bawah firma hukum milik pamannya sendiri, namun di tempat tersebut ia tak pernah mendapatkan klien ataupun kasus yang dapat meningkatkan performanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga pada suatu hari, dirinya terlibat secara tidak sengaja untuk membela saksi sebuah skandal korupsi yang melibatkan mafia besar dan dapat mengancam jiwanya.
Demi keselamatan jiwanya, Tiar kemudian ditawari program perlindungan dari agen rahasia, namun agar perlindungan tidak mencurigakan, maka para agen rahasia tersebut merekrut Aan, seorang resepsionis asal Tanah Pasundan yang polos dan lugu untuk menjadi pelindung Tiar.
Namun tanpa diketahui oleh Tiar, Aan sebenarnya sudah sejak lama memendam perasaan cinta. Ketika program perlindungan pura-pura tersebut datang tak ia lewatkan begitu saja.
Tetapi Tiar harus menghadapi permasalahan lain, kasusnya terancam akan putus ketika dirinya menerima usaha perjodohan dari orang tuanya. Demi karier yang cemerlang dan usaha menangkap mafia, Tiar dan Aan terjebak dalam kisah cinta yang palsu.
Keluarga Tiar sebagai bagian dari keluarga Batak yang kental setengah hati menerima Aan yang berlatar sunda sebagai bagian dari keluarga mereka, pun dengan ibu Aan.
Film Lamaran ini sebenarnya dapat menjadi kisah yang lebih masuk akal dan dapat diterima dengan baik apabila kisah yang ada lekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti yang Monty bawakan dalam Get Married.
Kisah intrik berbau politik dan kejahatan tingkat tinggi rasanya tidak seimbang dengan proses pembuatan yang terlihat setengah hati dan memaksakan kehendak agar lucu.
Pada awal film, kisah yang dituturkan dapat dikatakan sulit untuk cepat diterima oleh penonton. Perlu waktu untuk mengikuti alur yang ditawarkan oleh Monty dan komedi-komedi yang disuguhkan.
Baru saat pertengahan film, komedi dan alur cerita menjadi lebih terkait dan dapat menjadi sebuah kisah yang nyaman untuk dinikmati. Komedi yang terlontar pun dapat dikunyah dengan ringan dan segar.
Kesegaran komedi yang dibawa Monty yang muncul dalam beberapa film larisnya seperti
Mendadak Dangdut dan
Get Married, entah mengapa terasa hampa dan hambar dalam
Lamaran ini.
Padahal para pemain yang tampil dapat dikatakan sudah cukup mendukung mengenai karakter dalam film ini. Acha sudah dengan cukup baik membawakan karakter gadis Batak yang juga pengacara, walaupun rasanya dibawakan sedikit berlebihan dalam hal aksen.
Namun berlebihannya Acha terasa pas ketika bertemu dengan Reza Nangin yang memerankan Aan. Karakter polos Sunda yang ia bawakan terasa menguatkan perbedaan budaya antara Tiar dan Aan yang menjadi inti utama dari film ini.
Film ini juga membawa beberapa komika yang sudah terkenal sebagai bagian dalam film, namun rasanya komedi yang biasanya mereka bawakan segar di atas panggung terasa tak cocok, apalagi cukup menjual, dalam film yang tayang lebaran ini.
(end/vga)