Jakarta, CNN Indonesia -- Budaya populer makin berkembang hari demi hari. Perkembangannya yang pesat ditambah besarnya minat kalangan muda membuat banyak kalangan memprediksi budaya populer akan menggerus budaya klasik di suatu hari nanti.
Namun anggapan tersebut dibantah oleh Museum Seni Los Angeles (Los Angeles County Museum of Art—LACMA). LACMA coba menggabungkan kedua budaya yang dinilai bertolak belakang tersebut.
Mereka menggunakan karya budaya populer yang sedang nge-tren, meme (baca: meem), untuk menggairahkan minat para generasi muda terhadap karya seni klasik. LACMA mengunggah koleksi karya-karyanya dengan gaya meme lewat media sosial Snapchat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak disangka, tanggapan
netizen pengguna Snapchat yang mayoritas pemuda berusia 18 tahunan sangat baik. Karya pertama yang diunggah LACMA adalah lukisan
Three Young Musicians karya pelukis Perancis Antoine Le Nain, pada 1630.
Foto lukisan tersebut diunggah dengan disertakan kata-kata "M
mmbop, ba duba dop” dari lagu
Mmmbop milik Hanson yang terkenal pada era '90-an. Hasilnya, “
snap” tersebut spontan dilihat sebanyak 60 ribu kali di Snapchat dan langsung diunggah otomatis ke Twitter dan Facebook.
Ide brilian memadukan kedua kutub tersebut datang dari Lucy Redoglia, Manajer Media Sosial LACMA. Redoglia membagikan tiga “snaps” per minggunya yang berisi foto karya di museum tersebut dipadukan dengan gaya lelucon
meme.
Museum tersebut menurut Redolgia memiliki koleksi mencapai 120 ribu buah. Namun menurutnya tak semua karya dapat dipadupadankan dengan budaya pop seperti
meme.
“Tidak semua budaya pop bisa padu dengan koleksi yang ada. Namun saya tetap melihat secara teliti karya-karya tersebut, mengikuti
hashtag, dan berpartisipasi semampu saya,” ujar Redolgia seperti dilansir
Independent.
Dengan inovasi dari Redolgia ini, akun media sosial LACMA, khususnya Snapchat semakin banyak digandrungi. Jumlah teman akun museum tersebut bertambah seiring
meme karya klasik tersebut dibagikan.
Inovasi yang berimbas positif pada minat generasi muda terhadap budaya klasik tersebut bukan tanpa kritik. Banyak pendapat yang menuding inovasi tersebut merendahkan dan menurunkan derajat karya seni klasik. Namun pendapat-pendapat tersebut ditepis oleh seorang sejarahwan seni Bendor Grosvenor.
“Kenapa tidak? Tak ada ruginya, bahkan semuanya diuntungkan,” ujarnya. “Seni tak akan kehilangan nilainya.”
(vga/vga)