Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia perkomikan Indonesia sempat mengalami pasang surut. Dulu, kita mengenal
Gundala Putra Petir dan
Si Buta dari Gua Hantu yang jadi idola para pecinta komik di Indonesia.
Namun dalam beberapa dekade terakhir, sebagian pencinta komik di Indonesia hijrah ke komik buatan Jepang atau Amerika Serikat karena sepinya industri komik lokal.
Meski begitu, kini komik Indonesia dinilai sedang dalam masa kebangkitannya. Hal ini diamini Erfan Fajar, seorang komikus senior asal Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sepertinya komik Indonesia akan bangkit lagi. Ada gelombang baru komikus-komikus muda yang karyanya mulai terlihat. Tinggal bagaimana mereka bertahan setelah benar-benar bangkit nanti,” ungkap Erfan saat mengisi bincang-bincang
Komik Indonesia Mau Dibawa ke Mana di Popcon Asia 2015 di Jakarta Convention Center, pada Minggu (9/8).
Di kesempatan yang sama, komikus dari Padepokan Ragasukma, Sweta Kartika menyetujui pernyataan itu. Menurutnya, saat ini tugas para komikus muda adalah membuat komik yang memiliki faktor pembeda agar karya mereka mampu bertahan di tengah persaingan komik internasional.
Menurut Sweta, salah satu faktor pembeda yang juga jadi karakteristik komik Indonesia dibanding komik negara lain adalah konten lokal. Konten lokal inilah yang membuat komik Indonesia disukai di dunia internasional.
“Konten lokal jadi nilai jual tersendiri bagi komik Indonesia dan itu yang dicari orang luar dari komik kita,” tutur Sweta yang juga terlibat dalam pembuatan komik adaptasi dari film besar Indonesia berjudul
Pendekar Tongkat Emas.Selain faktor pembeda berupa konten lokal, menurut Sweta, juga harus ada rasa empati para komikus dalam pembuatan komik. Mereka harus melihat dari sisi pembaca juga, bukan hanya dari pandangan seorang komikus.
“Komikus harus bisa melihat dari dua sisi: komikus dan pembaca. Jangan sampai menilai karya hanya dari diri sendiri, penilaiannya akan prematur. Coba setelah komiknya ada, lempar ke pembaca.
Ngerti enggak si pembaca?” ujar Sweta.