Jakarta, CNN Indonesia -- Penulis perempuan kini menjamur. Karya mereka diakui, bahkan banyak yang kemudian dijadikan film, termasuk di Indonesia. Kerja keras dan intelektualitas mereka dihargai. Tidak terlalu sulit mempromosikan buku-buku baru mereka, bahkan jika penulisnya seusia Harper Lee.
Namun saat masa masih menunjuk angka 1969, penulis perempuan disarankan melakukan sesuatu yang istimewa untuk mempromosikan bukunya. Bukan tidak mungkin mereka diminta memamerkan keseksian tubuh. Mengutip Life, itu terjadi pada Jeanne Rejaunier, seorang mantan model.
Saat meluncurkan novel terbarunya,
The Beauty Trap ia diminta melakukan sesuatu yang seksis. Seperti yang ditulis Time untuk esai foto Life berjudul "
What It Takes To Be a Lady Author Anymore", Rejaunier diminta mempromosikan bukunya dengan memamerkan tubuh secara fisik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia harus melakukan pengambilan gambar saat berenang, berlatih mengenakan bikini, bahkan di atas ranjang. Foto-foto itu untuk mempromosikan bukunya yang berupa novel tentang sisi gelap menjadi model di dunia. Promosi itu menonjolkan kecantikan Rejaunier alih-alih talentanya dalam menulis novel.
Diklaim, foto Rejaunier yang cantik menggoda di sampul bukulah yang membuat novelnya,
The Beauty Trap saat itu sukses, bahkan kini mencapai cetakan ke-empat. Sayangnya, tidak dapat diketahui apakah foto-foto itu merupakan sindiran satire dari penerbit. Tidak diketahui juga apakah Rejaunier merelakan diri untuk difoto seperti itu atau paksaan penerbit.
Yang jelas, menurut Time, itu membuktikan bahwa bahwa glamoritas bisa membuat buku lebih laku dibanding kualitas atas substansinya. Terlepas apakah Rejaunier terpaksa atau tidak, ia menjadi strategi promosi utama bukunya.
"Ada perbedaan opini soal apakah Jeanne sebenarnya melibatkan dirinya atau tidak di dalam karakter The Beauty Trap. Tapi penerbit bertanggung jawab karena meletakkan dia di posisi itu," kata sebuah artikel kutipan Time. Tentu, tidak semua penerbit memakai trik itu.