Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak banyak hotel memiliki akar sejarah ataupun budaya begitu kental, kecuali yang menempati gedung bersejarah. Sebagaimana di Hotel Tugu di Canggu, Bali, di mana sejarah tersebar di kamar-kamar serta galerinya yang mistik.
Hotel Tugu memang terkenal akan keantikan barang-barang koleksinya. Semua itu hasil dari pencarian Anhar Setjadibrata, pemilik jaringan Hotel Tugu, sejak 1972, hingga kini.
"Bapak memang ingin menempatkan koleksinya ini di hotel-hotel agar pengunjung juga dapat ikut menikmatinya," kata Retno Mareta, bagian Promosi dan Penjualan Hotel Tugu Bali kepada CNN Indonesia, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upaya Anhar membuat pengunjung menikmati koleksi barang antik nan unik dan bersejarah diwujudkan berupa menempatkan setidaknya satu patung dalam masing-masing kamar yang dimiliki Hotel Tugu.
Selain menempatkan aneka patung, masih tak terhitung barang antik yang "disisipkan" ataupun "ditanam" dalam konstruksi hotel. Seperti pintu jendela kamar mandi berukir yang sudah lapuk dan dimakan rayap, masih terus digunakan.
Semua barang antik tersebut ditata langsung oleh Anhar. Ia mendesain mulai dari arsitektur gedung hotel, cat, tata letak barang, hingga koleksi apa yang ingin ia tempatkan.
Hobi Anhar untuk mengoleksi barang antik sudah dimulai sejak dirinya muda, 25 tahun, pada 1972. Kala itu, ia adalah mahasiswa kedokteran yang tengah menjalani masa magang di rumah sakit.
Permasalahan politik menjadikan ujian akhir dokter Anhar tertunda dan membuatnya terlunta-lunta. Demi mengisi kekosongan kegiatan, ia pun mendaftarkan diri sebagai pemasaran obat sebuah perusahaan farmasi internasional.
 Hotel Tugu Bali menyimpan banyak koleksi benda bersejarah. (CNNIndonesia/Endro Priherdityo) |
Pekerjaannya tersebut membawanya berkeliling ke daerah-daerah terpencil di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga ke Kalimantan, dan Timor Timur. Pengalamannya tersebut membuka matanya betapa kekayaan Indonesia kerap kali dianggap remeh oleh bangsanya sendiri.
Perkenalannya dengan barang antik dimulai ketika bertugas menemani seorang kolektor asing ke sebuah desa terpencil di pedalaman Bali.
Sang kolektor menginginkan sebuah benda berbentuk mangkok peninggalan abad ke-16 yang memiliki fungsi sebagai wadah air suci untuk membersihkan penyakit dan aura buruk bagi penduduk desa. Mangkuk tersebut bernama Cupu Manik, yang akhirnya menjadi obsesinya menjadi kolektor.
 Tiap kamar Hotel Tugu Bali dihiasi benda bersejarah. (CNNIndonesia/Endro Priherdityo) |
Bukan Hanya untuk PribadiTahun demi tahun berganti, meski Anhar pernah berganti profesi dari kedokteran menjadi pengacara, namun hobinya memburu barang antik tak pudar. Sudah tak terhitung daerah, jumlah uang, dan waktu yang ia habiskan untuk mengoleksi benda antik, juga usaha mendapatkan Cupu Manik kembali.
"Saya tidak pernah berpikir mengoleksi untuk keuntungan semata," tulis Anhar dalam keterangan yang diterima CNN Indonesia. "Saya hanya berpikir sebuah cara untuk menyelamatkan harta karun ini karena kaitannya dengan sejarah Indonesia, sebuah bagian dari sejarah yang dapat saya rasakan dan sentuh."
Cupu Manik kini telah berada ke tangan Anhar. Mangkok abad ke-16 itu kini berada dalam sebuah ruangan penyimpanan barang antik yang terdapat di dalam hotel, bersama dengan ratusan artefak, patung, kain, hingga hiasan dinding dari berbagai abad dan berbagai daerah di Indonesia.
 Selain dipajang, sebagian benda koleksi Hotel Tugu Bali juga dijual. (CNNIndonesia/Endro Priherdityo) |
Dalam galeri barang antik yang berada di lantai bawah Bale Agung Tugu Hotel Bali, Anhar menempatkan berbagai koleksinya yang tak ia tempatkan di kamar-kamar hotel.
Galeri yang berdinding merah, temaram, dan berhawa panas tersebut selain menyimpan benda koleksi, juga menyimpan benda antik yang dapat dibeli oleh pengunjung. Seperti tempat lilin naga yang dihargai Rp 11 juta, Tombak yang seharga $ 450, ataupun Batu Ukir Prasasti seharga $ 625.
Meski antik dan kuno, sayangnya adalah tidak ada keterangan detil mengenai sejarah dari barang-barang koleksi Anhar. Hal ini disebabkan karena pencarian barang antik yang dilakukan secara acak dan eksploratif.
"Saya menjadi sadar bahwa koleksi saya tidak boleh hanya berbicara kepada saya, mereka juga harus menceritakan kepada semua makhluk sebagai simbol dari kekayaan budaya dan sejarah bangsa ini," kata Anhar.
 Tiap koleksi benda bersejarah di Hotel Tugu Bali memiliki kisahnya sendiri. (CNNIndonesia/Endro Priherdityo) |
Di bagian hotel yang lain, terdapat beberapa ruang pertemuan yang juga memiliki kandungan sejarah yang kental, yaitu Bale Puputan dan Bale Sutra.
Bale Puputan, adalah sebuah ruangan yang dipersembahkan khusus bagi para pahlawan perang yang paling bersejarah dari Bali dan juga Indonesia, perang Puputan. Perang puputan berarti perang hingga tetes darah penghabisan.
Puputan yang terkenal adalah puputan Jagaraga yang dilakukan oleh Kerajaan Buleleng melawan kolonial Belanda pada 1849, Puputan Badung pada 1906, dan Puputan Klungkung pada 1908. Perang puputan dikomandoi oleh Raja dan wajib dilakukan oleh seluruh kasta Hindu yang ada.
Dalam ruangan ini, terdapat benda-benda yang berasal dari bangsawan Bali dan sebagian di antaranya memiliki keterkaitan dengan perang Puputan.
 Ada juga koleksi yang berkaitan dengan Perang Puputan Bali. (CNNIndonesia/Endro Priherdityo) |
Bale Sutra, adalah sebuah bangunan berusia 306 tahun yang semula adalah kuil pada masa Kang Xi. Kuil tersebut nyaris dirobohkan pada era 1990, namun kemudian dipindahkan oleh Anhar ke hotel Tugu Bali.
Kuil ratusan tahun tersebut kini dihias dengan cat merah dan melambangkan kerukunan antara peranakan dengan budaya Bali. Di dalam ruangan ini, terdapat patung Dewi Kwan Im dari abad ke-18, topeng raksasa, dan kain berabad-abad yang sudah lapuk.
Kini, Bale Sutra menjadi salah satu unggulan ruangan private dinner bagi para turis asing yang ingin merasakan makan di tempat berusia lebih dari tiga abad.
(end/vga)