Jakarta, CNN Indonesia -- Kisah bocah yang tak bertumbuh dewasa serta dapat terbang,
Peter Pan, muncul kembali ke layar lebar tahun ini. Namun, kisah yang dikemas dalam
Pan bukanlah kisah asli, melainkan prekuel dari kisah asli Peter Pan.
Masalah prekuel dalam film bukan sesuatu hal yang baru. Sejarah Hollywood mencatat berpuluh-puluh judul sudah menjadi prekuel sejak 1948 yaitu
Another Part of the Forest, prekuel dari
the Little Foxes (1941).
Memasuki milenium baru, semakin banyak film prekuel bermunculan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sepuluh tahun terakhir, sudah puluhan judul film prekuel tayang di bioskop dan kadang memiliki rentang yang sangat jauh dengan film aslinya, seperti
Prometheus (2012) yang merupakan prekuel dari
Aliens (1979).
Beragam alasan dan modus operandi dilakukan oleh sineas Hollywood dalam membuat prekuel.
Namun seperti uji keberuntungan, film prekuel belum tentu mengikuti kesuksesan film aslinya, baik secara pundi-pundi uang ataupun mendapat pengakuan secara kualitas.
Dalam dua tahun terakhir, sudah beberapa judul film dirilis yang merupakan bentuk prekuel.
CNN Indonesia memilih empat film prekuel di antaranya, ada yang memiliki nasib lebih baik dibanding film aslinya, tetapi juga ada harus gigit jari.
Masih ingat kisah sukses duet Mike Wazowski dan dan James P. Sullivan dalam menjalankan roda bisnis perusahaan dunia monster tapi harus berurusan dengan bocah kecil yang tak takut dengan mereka?
Monsters, Inc pada 2001 sukses membuat penonton tertawa alih-alih ketakutan dengan monster. Kala itu, Monsters, Inc memperoleh capaian box office sebesar US$562,8 juta dari biaya produksi sekitar US$115 juta.
Monsters, Inc bukan hanya memenangkan dompet penonton, tetapi juga menuai berbagai pujian dari para kritikus film. Hingga di panggung Academy Awards 2002, film ini diganjar Oscar untuk kategori Best Original Song.
Kesuksesan Monsters, Inc membuat Pixar tergoda membuat film tentang Mike dan Sulley. Namun bukannya membuat sekuel atau kelanjutannya, Pixar memilih prekuel guna menceritakan pertemuan perdana Mike dan Sulley dalam Monsters University (2013).
Keputusan Pixar dapat dikatakan cukup tepat. Monsters University membawa kisah awal Mike dan Sulley dengan rasa 'anak kuliahan' dengan kesuksesan yang tak kalah baik dibanding Monsters, Inc.
Monsters Univeristy berhasil meraih box office hingga US$743,6 juta dari biaya awal US$200 juta. Ia pun masuk di peringkat ke-12 film animasi dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa.
Namun, Monsters University tak sesukses pendahulunya di bidang pengakuan dari kritikus. Para kritikus terbelah penilaiannya terhadap film ini, hingga yang disayangkan adalah film ini tak menjadi nominasi Academy Awards.
The Conjuring sukses menjadi perbincangan ketika film karya James Wan itu membuat ketakutan penonton bioskop pada 2013. Dari beberapa setan yang digambarkan oleh Wan, penoton tertarik dengan boneka a la Susan milik Ria Enes, Annabelle.
James Wan menangkap sinyal ketertarikan dari pasar. Ia lantas membuat satu film khusus tentang boneka angker yang memang nyata ada di dunia tersebut. Annabelle rilis satu tahun setelah the Conjuring, tepatnya 8 Juni 2013.
Annabelle yang merupakan saksi bisu pembunuhan dan kemudian menjadi media sang arwah gentayangan tersebut ditangani oleh sepasang ahli metafisika, Ed dan Lorraine Warren.
Dan Annabelle pun sukses menampung teriakan para penonton dengan capaian box office hingga US$256,9 juta dari biaya produksi hanya US$6,5 juta. Di tahun itu, Annabelle sukses menyusul Angelina Jolie yang tampil memukau menjadi Maleficent.
Di Filipina, Annabelle menjadi film horror terlaris mengalahkan karya Wan sebelumnya, Insidious Chapter 2.
Tapi kesuksesan pendapatan Annabelle tak sebanding dengan komentar dari para pengamat film, dan pecinta film horror. Annabelle dianggap sebagian pengamat tak ubahnya hanya modus Wan untuk mengeruk keuntungan.
Kisah horror yang sempat muncul di the Conjuring dirasakan oleh para kritikus tak terasa di film Annabelle. Beragam komentar seperti rendahnya mutu skenario hingga dianggap sebagai film yang tak sedap untuk direview.
Sejak rilis perdana pada 2010 lalu, Insidious sontak mengejutkan penonton bioskop dengan sajian horror yang berbeda dibandingkan film lainnya. Penonton seperti kerasukan untuk berduyun-duyun menonton Insidious kala itu.
Karya James Wan ini pun direncanakan memiliki sekuel-sekuel tak terduga, mengingat sukses luar biasa yang diraih Insidious.
Setelah muncul dengan sekuel Insidious 2 yang dianggap tak seseram versi perdana, James Wan menjanjikan bagian ketiga akan seram dan lebih 'gelap' dibanding Insidious 2 yang dianggap 'aneh'.
Insidous Chaper 3 pun hadir pada Juni 2015 dengan janji-janji manis Wan. Dan ternyata Wan menghadirkan kisah yang berbeda dibanding dua film sebelumnya, ia menghadirkan prekuel dari kisah Insidious.
Cerita yang disuguhkan terjadi sebelum si nenek cenayang Elise bertemu dengan keluarga Josh. Elise yang baru ditinggal sang suami harus menghadapi kenyataan terpaksa bersentuhan dengan setan yang meneror seorang gadis bernama Quinn.
Insidious memperoleh kesuksesan 'di luar nalar' dengan meraup US$97 juta dari biaya produksi hanya US$1,5 juta. Sekuelnya, Chapter 2, tertolong berkat kepopuleran Insidious dengan mendapatkan US$161,9 juta dari biaya produksi US$5 juta.
Sedangkan untuk Chapter 3, Wan mendapatkan US$109,5 juta dari biaya US$10 juta, dan dengan nilai kritikus lebih baik dari film keduanya.
Kisah lucu nan menggemaskan makhluk kuning ciptaan Pierre Coffin ini merupakan salah satu contoh film yang baik secara ekonomi. Para minion sukses terus meningkatkan pendapatan sutradara Perancis keturunan Indonesia itu.
Muncul pertama kali dalam Despicable Me pada 2010 silam, dengan biaya US$69 juta, produksi Illumination Entertainment tersebut memperoleh US$543,1 juta. Kisahnya menceritakan Gru yang adalah penjahat kelas kakap berencana mencuri bulan sebagai tanda kejahatan dirinya.
Dibantu oleh makhluk kuning lucu dan sedikit bodoh, Gru dengan minion melancarkan aksi jahat dan muluk tersebut.
Gru dan para minion pun muncul kembali tiga tahun setelahnya dalam Despicable Me 2. Kali ini, Gru dikisahkan merasakan rindu kembali menjadi jahat setelah dirinya hengkang dari dunia kejahatan.
Despicable Me 2 memperoleh pendapatan yang lebih tinggi sejumlah US$970,8 juta dari biaya awal sekitar US76 juta. Tak berbeda jauh dengan film pertama, para kritikus menyambut manis saga Despicable Me ini.
Namun ketika penonton menunggu kejutan kisah Despicable Me, rupanya Pierre Collin memutuskan mengeluarkan prekuel berjudul Minions pada Juli lalu.
Kisah Minions mengambil latar sejarah para minion mencari tuan mereka untuk dilayani. Berkelana memisahkan diri dari kerumunannya, Bob, Stuart, dan Kevin menjadi pengikut Scarlet Overkill, seorang wanita terkejam yang pernah ada.
Petualangan para minion rupanya diterima hangat oleh pasar, film yang premier dunia dimulai dari Jakarta dan London ini sukses menembus angka box office US$1,1 trilliun di tengah persaingan ketat dengan Jurassic World.
Tapi rupanya tingkah para minion tak ditanggapi ramah oleh para kritikus. Bentuk menggemaskan mereka tak didukung dengan cerita yang baik membuat para kritikus melontarkan kritik pedas yang menganggap film ini tak lebih baik dari dua film Despicable Me sebelumnya.