Jakarta, CNN Indonesia -- Perhelatan Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 yang bakal digelar pekan depan, “diusik” pernyataan Wakil Menteri Kebudayaan Seyyed Abbas Salehi yang menilai keputusan panitia mengundang Salman Rushdie mengusik kebebasan berekspresi.
Pada awal pekan ini, panitia FBF 2015, yang merupakan perhelatan industri penerbitan buku terbesar di dunia, mengundang sang penulis kontroversial untuk memberikan sambutan di acara pembukaan konferensi pers, pada 13 Oktober 2015.
Laman The Guardian mengabarkan, hadirnya Rushdie di ajang FBF 2015 tak terlepas dari komitmen panitia FBF untuk senantiasa memberikan “dukungan signifikan terhadap kebebasan berekspresi bagi penulis dan industri buku.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FBF 2015 digelar di Frankfur, Jerman, mulai 13 hingga 19 Oktober 2015. Indonesia juga turut berpartisipasi dalam ajang ini sebagai Tamu Kehormatan.
Nama Rushdie mengemuka, pada 1988, seiring dirilisnya buku novel
The Satanic Verses yang disebut-sebut menyudutkan Islam. Pada 1989, pendiri Republik Islam (Iran, Pakistan, Afganistan dan Mauritania) Ayatollah Khomeini berfatwa menghukum mati Rushdie.
Sejak itu, hubungan Iran dan Inggris Raya pun merenggang selama bertahun-tahun. Kini, 26 tahun kemudian, sang novelis keturunan India-Inggris malah memainkan peran penting dalam ajang industri penerbitan buku terbesar di dunia.
“Jika kita menginginkan kebebasan untuk mengusung isu keberlanjutan dan bukan malah mendukung kekejian, kita harus menyokong kebutuhan tersebut,” kata Salehi kepada Mehr News Agency (MNA), pada Senin kemarin (5/10), sebagaimana dikutip Tehran Times.
Iran mengancam siap memboikot FBF 2015 jika panitia tetap bersikukuh mengundang Rushdie untuk memberikan sambutan di acara pembukaan konferensi pers. Ancaman ini mengacaukan rencana ratusan penerbit buku Iran yang sudah menyiapkan ribuan judul buku.
Tahun lalu, sebanyak 282 penerbit buku Iran turut berpartisipasi dalam FBF dengan menampilkan lebih dari 1.200 judul buku. Ancaman boikot Iran terhadap FBF juga berdampak bagi kondisi dalam negeri Iran sendiri.
“Kehadiran Salman Rushdie diatur oleh panitia Frankfurt Book Fair dan telah melanggar aturan keras dalam sistem politik kami. Kami memandang langkah ini sebagai anti-kultural,” kata Salehi kepada MNA sebagai dikutip Tehran Times.
Lebih jauh Salehi menambahkan, “Fatwa Imam Khomeini yang berkaitan dengan isu ini merefleksikan kepercayaan kami dan tak akan pernah berubah. Kami meminta panitia FBF untuk membatalkan rencananya mengundang Rushdie.”
Jauh sebelum
The Satanic Verses dirilis, pemerintah Iran sempat memuji novel
Midnight’s Children karya Rushdie dan memberi predikat sebagai “buku tahun ini.”
Midnight’s Children kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Perisia atau Farsi.
Kehadiran Rushdie di FBF 2015 berkenaan dengan publikasi karya terbarunya, dongeng
Two Years, Eight Months and Twenty-Eight Nights, yang mengisahkan “upaya keras warga dunia serta tekanan antara kepercayaan berikut alasannya.”
Panitia FBF menyatakan, sebagaimana dikutip The Guardian, “Biografi dan karya sastra Rushdie memberikan pengaruh bagi perdebatan dunia tentang kebebasan berekspresi di dunia tulis menulis.”
“Publikasi karya sastra yang mengundang polemik berikut konsekuensinya tak sekadar berdampak bagi para penulis, tetapi keseluruhan industri penerbitan. Itulah sebabnya kebebasan berekspresi dan batasan-batasan menjadi topik kunci perhelatan FBF tahun ini.”
Laman berita garis keras di Iran, Rajanews, menyatakan keadaan diperkeruh dengan pemberitaan bahwa Iran siap memboikot konferensi pers di pembukaan FBF 2015 dan meminta perwakilan Iran tidak menghadiri acara tersebut secara keseluruhan.
Tapi Amirmasoud Shahramnia, kepala seksi buku Iran di FBF, menyatakan kepada kantor berita Tasnim, “Seharusnya Teheran tidak memboikot keseluruhan acara. Bila kita memboikot FBF, maka Rushdie malah mendapat banyak sorotan, kami tak menginginkan hal ini terjadi.”
Amirshahriar Aminian, kepala perusahaan penerbitan Andishe-Rouzan menilai, “Beginilah cara Jerman. Entah apa maksud panitia FBF mengundang Indonesia, yang merupakan negara muslim terbesar di dunia, sebagai tamu istimewa, tapi pada saat yang sama juga mengundang Rushdie?”
Sebelas perusahaan penerbitan di Iran menulis surat kepada panitia FBF berisi permintaan untuk membatalkan kehadiran Rushdie. “Mengundang seseorang yang jelas-jelas menghina agama di FBF merupakan sikap anti-kultural,” kata juru bicara Menteri Kebudayaan Iran Hossein Noushabadi.
(vga/vga)