Jakarta, CNN Indonesia -- Seni budaya Indonesia bukan hanya "menjajah" Jerman selama pelaksanaan Frankfurt Book Fair, 13 hingga 18 Oktober esok. Peninggalan Indonesia juga akan menjadi destinasi wisata sekaligus pengetahuan baru bagi publik Jerman selamanya, terutama seni budaya dari Papua.
Jerman kini memiliki Museum Papua, yang dibuka secara resmi pada Minggu (11/10) di Gelnhausen-Meerholz, Frankfurt. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Anies Baswedan yang secara resmi membuka museum itu.
Berdasarkan keterangan di akun Facebook resmi Komite Nasional Frankfurt Book Fair 2015, seluruh barang dalam museum itu merupakan koleksi pribadi Dr. Werner Weiglein dari sejumlah ekspedisinya ke Papua dan Papua Nugini selama 30 tahun. Ia menemukan banyak benda menarik seperti topeng tradisional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa totem, patung kayu bertingkat, dan perisai serta tombak yang biasa digunakan suku untuk mempertahankan diri pun terlihat dipajang di museum itu. Anies juga berkeliling melihat hiasan kepala yang biasa digunakan oleh kepala suku, bahkan tulang belulang.
Museum itu diharapkan "memperkaya imajinasi tentang Indonesia yang menjadi Tamu Kehormatan di pameran buku tertua di dunia yang mengusung tema '17.000 Islands of Imagination,'" seperti yang tertulis di akun Facebook Pulau Imaji.
Peresmian museum itu termasuk rangkaian acara seni budaya Indonesia yang membombardir Jerman tahun ini. Beberapa bulan lalu, penulis-penulis Indonesia hadir dalam acara bincang-bincang di Leipzig. Agustus, dangdut sebagai musik Indonesia "menggoyang" Sungai Main.
Mulai kemarin, film-film dalam negeri juga diputar di ajang Archipelago in Motion, Deutsches Filmmuseum. Salah satunya film
Tjoet Nja' Dhien yang dibintangi Slamet Rahardjo. Slamet pun hadir dalam parade film Indonesia yang digelar 6 sampai 30 Oktober itu.
Selain
Tjoet Nja' Dhien, film lain yang juga akan diputar adalah
Sang Pencerah, Tabula Rasa, The Raid, Cahaya dari Timur: Beta Maluku, dan beberapa film modern lainnya.
(rsa)