Jakarta, CNN Indonesia -- Berbeda dengan acara bertajuk
book fair yang biasa diadakan di Jakarta, Frankfurt Book Fair (FBF) tak menawarkan buku-buku kepada para pembaca, melainkan para penerbit.
Para penerbit melakukan jual beli
rights atau hak cipta buku. Dengan begitu buku-buku berbahasa asing dapat diterjemahkan dan diedarkan secara lebih luas di mancanegara.
Meski begitu tak menutup kesempatan bagi sejumlah penulis Indonesia untuk ikut terbang menuju salah satu kota di Jerman ini, mengisi acara-acara yang telah diagendakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesuai isi Katalog Acara Penulis Indonesia sebagai Tamu Kehormatan FBF yang diterima redaksi CNN Indonesia, sekitar 70-an penulis Indonesia diagendakan tampil di beberapa acara.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sehari setelah acara pembukaan (14/10), para penulis Indonesia antara lain tampil dalam acara bincang-bincang yang mengusung berbagai tema.
Penulis Agustinus Wibowo dan Trinity membahas
The Art of Traveling. Selain itu, juga dibahas tema lain, dari kehidupan kaum urban, arsitektur, grafis atau animasi, juga kuliner.
Di antara 70-an nama yang tertera dalam Katalog Acara Penulis Indonesia tersebut, terselip tiga nama penulis yang sebagaimana disebutkan dalam kolom keterangan: mengundurkan diri.
Ketiganya, yaitu Seno Gumira Ajidarma, Suwati Kartiwa, dan Nukila Amal. Saat dihubungi CNN Indonesia via telepon, kemarin (15/10), Seno memaparkan alasan pengunduran dirinya.
“Waktunya terlalu mepet,” kata peraih Southeast Asian Writers Award 1997. Menurut Seno, undangan yang diberikan panitia atau Komite Nasional berbenturan dengan jadwal lainnya.
“Bukan mentang-mentang diundang ke Frankfurt Book Fair, lalu pekerjaan lain ditinggalkan.” Bagaimana pun, kata Seno, urusan visa, tiket pesawat, dan lain-lain tentu menyita waktu.
Sekalipun tak turut terbang ke Frankfurt, Seno tetap melaksanakan sebaik-baiknya tugas sebagai ketua kurator komik untuk FBF 2015, sebagaimana dimandat Komite Nasional.
Setahun terakhir, ia melakukan kurasi terhadap 100-an judul komik, yang rencananya siap diterjemahkan dan diboyong ke ajang FBF 2015. Jumlah tersebut mengerucut menjadi 20-an judul komik.
“Saya memang bukan ahli komik,” kata Seno. “Tapi saya tahu setiap generasi punya perbedaan. Saya menyeleksi komik berdasarkan tahun, sejak 1930-an.”
 Seno Gumira Ajidarma (ANTARA FOTO/Dodo Karundeng/Asf/NZ/15) |
Diakui Seno, ia tidak melakukan kurasi seorang diri, melainkan bersama tim. Secara rutin, setiap Rabu malam, mereka berembuk menyeleksi komik yang layak ditampilkan di FBF 2015.
Namun belakangan, Seno mendapati kenyataan yang tidak sesuai dengan rencana semula. Penerjemahan komik dilakukan terburu-buru, plus hal lain yang mempertegas ketidaksiapan panitia.
Seharusnya, menurut Seno, penyeleksian dan penerjemahan buku dilakukan dalam kurun yang sesuai. Sebab bila terburu-buru, banyak pihak terkait bakal “setengah mati mengerjakannya.”
Tak turut agenda FBF, namun Seno tetap aktif mengikuti berbagai acara sastra lain, salah satunya yang digelar di Belanda, beberapa waktu lalu. Ia juga mempromosikan buku-buku barunya.
Setelah merilis buku
Jejak Mata Pyongyang dan
Tiada Ojek di Paris, berikutnya Seno menjadi kurator buku
Obat Stress yang memuat kartun karya Johnny Hidayat AR.
“Ini buku penting untuk hilangkan stres, dijamin,” kata Seno sembari tertawa. Kartun Johnny yang dimuat di sebuah harian sejak 1970-an memang sangat terkenal.
Sementara itu, tim penulis Iran bukan hanya mundur secara perorangan, melainkan keseluruhan. Dikabarkan Fox News, Pemerintah Iran batal membuka stan di FBF 2015.
Pembatalan tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap panitia FBF yang mengundang penulis asal Inggris, Salman Rushdie, di acara pembukaan pada Selasa lalu (13/10).
Pemerintah Iran “menabuh genderang perang” terhadap Salman Rushdie, sejak sang penulis merilis novel
The Satanic Verses (1988) yang disebut-sebut menodai Islam.
(vga/vga)