Suarakan Masalah Sosial Lewat Karya Seni Rupa

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Jumat, 13 Nov 2015 05:18 WIB
Perhelatan seni rupa kontemporer Jakarta Biennale 2015 mengangkat tiga topik besar yang diadaptasi dari masalah sosial, yaitu air, sejarah, gender.
Jakarta Biennale 2015 (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun ini, perhelatan seni rupa kontemporer Jakarta Biennale 2015 siap mengangkat tiga topik besar yang diadaptasi dari masalah sosial, yaitu air, sejarah dan gender.  

Ketiga topik tersebut akan diangkat dengan cara yang unik dan ekstrem oleh para seniman. Karya-karya mereka telah dikurasi oleh para kurator khusus Jakarta Biennale.

Dengan pemikiran kreatif, para seniman menjumput inspirasi dari permasalahan yang sehari-hari dirasakan oleh masyarakat umum, khususnya di Ibu Kota Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampah adalah salah satu permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat Jakarta. Sampah berserakan di mana-mana, hal itu membuat kenyamanan Ibu Kota menjadi berkurang.

Tita Salina, salah satu perwakilan seniman Jakarta, siap memamerkan karya bertajuk Pulau 1001, untuk merespon permasalahan sampah dan lahan reklamasi.

"Berangkat dari pengalaman, saya membuat Pulau 1001 dari sampah yang berserakan di Teluk Jakarta," ujar Tita kepada awak pers di Jakarta, pada Rabu (11/11).

Motif yang melatarbelakangi Tita membuat miniatur pulau tersebut yaitu peristiwa penggusuran para nelayan di Muara Angke akibat reklamasi di Kepulauan Seribu.

"Saya merespon lahan, juga nasib para nelayan Muara Angke yang tersingkirkan karena adanya reklamasi pulau," ia menceritakan dengan mimik muka serius.

Sebenarnya, ia ingin karya Pulau 1001 dibuat permanen, namun mengingat cuaca laut yang tidak mendukung, ia pun menarik "pulau" itu ke darat, yakni ke ajang Jakarta Biennale 2015, yang diselenggarakan di Gudang Sarinah, kawasan Pancoran, Jakarta, pada Sabtu (14/11).

Selain Tita, juga ada seniman mancanegara, tepatnya dari Istanbul, Turki, yang akan memamerkan karya seni multimedia untuk merespon masalah gender dan feminisme.

Ia adalah Zeyno Pekunlu, yang bergelut di bidang seni rupa multimedia Turki. Di Jakarta Biennale 2015, ia akan menampilkan sebuah video dari seni bela diri pencak silat.

"Dalam video itu, saya akan menunjukkan seni bela diri pencak silat. Saya akan jadi jagoan dalam video itu," Zeyno menceritakan dengan antusias.

Di kota kelahirannya, ia mengakui, masalah gender masih sering ditemukan. Menurutnya, wanita Turki masih sering merasakan kekerasan dari kaum adam. Dengan begitu, ia ingin merespon melalui video pencak silat.

"Ini adalah isu gender," ujarnya. "Di Turki, wanita merasakan banyak kekerasan, video pencak silat itu adalah respon saya terkait masalah tersebut."

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER