Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa sangka film Joko Anwar,
A Copy of My Mind, yang telah meraih berbagai pujian di festival film internasional awalnya diniatkan hanya dibikin dengan kamera gawai? Alasannya sederhana, tak ada biaya.
"Tadinya kami mau syuting pakai iPhone," ujar Joko Anwar, sang sutradara, saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta, Senin (16/11). Beruntung, ada seorang kawan yang menanyakan alasan penggunaan iPhone itu.
Joko menjawab dengan jujur, ia tak punya duit. "Dia bilang, 'Ya ampun kasihan
banget. Ya sudah
gue pinjemin.' Alhasil kamera pun gratis," ujar Joko melanjutkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, tanpa disangka film itu masuk jajaran nomine Film Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2015.
A Copy of My Mind bersanding dengan
Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto, Mencari Hilal, Siti, dan
Toba Dreams.
Dibanding nomine lainnya, Joko mengaku filmnya kali ini mungkin menjadi yang paling "murah." Ia banyak dibantu orang lain saat membuatnya. Secara blak-blakan, Joko mengaku sumber dana pembuatan filmnya adalah hadiah kemenangannya di Busan International Film Festival, pada Oktober 2014.
Ia memenangi CJ Entertainment Award di Asian Project Market dan mendapatkan modal produksi
A Copy of My Mind sebesar US$10 ribu atau setara dengan Rp137 juta.
Namun uang sejumlah itu saja tak cukup membuat sebuah film berkualitas. Soal peralatan, Joko serba meminjam. "Kamera
dipinjemin, lampu juga pinjam," kata Joko.
"Pascaproduksi dibantu juga, gratis. Audio juga sama. Kemudian dibantu juga oleh Rooftop Sounds," Joko lanjut menyebutkan.
Rooftop Sounds adalah perusahaan yang ikut menaungi band Sore. Bembi, salah satu personel band itu, ikut andil mengisi lagu dan suara untuk film yang dibintangi Tara Basro dan Chicco Jerikho itu.
Tak cukup sampai di situ, Joko pun mendapat bantuan dari pemilik indekos yang menjadi lokasi pembuatan film
A Copy of My Mind. Saat Joko kesulitan mencari busana untuk Ario Bayu yang mendadak direkrut, ibu indekos berbaik hati berkeliling mengetuk 100 pintu kamar indekos miliknya guna mencari jaket untuk Ario. Untung ada jaket kulit hitam yang cocok.
Ternyata Joko bukan cuma "tak modal" dari segi peralatan. Sutradara
Modus Anomali itu juga berdalih "investasi" kepada para pemainnya karena tak punya dana membayar mereka. Untuk promosi pun, Joko tak bisa besar-besaran seperti film lain.
"Saya bilang ke para pemain mereka 'investasi,' baru akan saya bayar bila filmnya sudah menghasilkan uang," kata Joko. "Dan masuk FFI ini saya senang banget, media meliput berarti ada yang bantu
promosiin," lanjutnya cengengesan.
A Copy of My Mind adalah film perdana dari rencana trilogi. Film ini menceritakan kisah romansa sekaligus drama antara Sari (Tara) dan Alek (Chicco). Sari yang berprofesi sebagai karyawan Salon harus menghadapi kenyataan berurusan dengan penjahat kelas kakap.
Film itu mendapat tujuh nominasi FFI 2015: Film Terbaik, Penata Musik Terbaik, Penata Suara Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, dan Sutradara Terbaik.
Namun, Joko justru tidak terlalu percaya diri. "Film yang lain bagus-bagus, sutradaranya juga, saya paling bawah lah di antara mereka," katanya merendah.
(rsa/vga)