Jakarta, CNN Indonesia -- Pengadilan kasus tindak kekerasan yang dilakukan Chris Brown sudah ditutup delapan bulan lalu. Sang penyanyi hip hop pelantun
Run It dinyatakan bebas dari masa percobaan, karena di mata hukum, ia telah membayar denda.
Chris didakwa atas tuduhan penganiayaan terhadap kekasihnya, Rihanna, pada 2009. Sekalipun kasusnya sudah usai sejak Maret lalu, sebagaimana dikabarkan laman Sydney Herald Morning (3/12), nama Chris bagai tercoreng selamanya.
Kasus tersebut bagai menjegal karier musikal Chris. Beberapa kali ia ditolak masuk suatu negara untuk berkonser, karena sebagian warga lokal menilai si bandel Chris tak layak dijadikan tokoh panutan atau diidolakan kaum muda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada September lalu, Chris gagal menggelar konser di Australia dan Selandia Baru. Visanya ditolak gara-gara “kasus Rihanna.” Sekalipun kasusnya telah usai, Chris tetap tak diperkenankan menjejakkan kakinya di kedua negara itu.
“Orang harus tahu bila Anda melakukan kekerasan domestik lalu bepergian ke berbagai negara, maka beberapa negara akan berkata, 'Anda tidak bisa masuk karena Anda bukan karakter yang diharapkan di Australia,'” kata Michaelia Cash.
Michaelia adalah mantan Menteri Imigrasi Australia yang kini menjabat Menteri Urusan Peranan Wanita. Ia menyatakan pendapatnya kepada awak media massa, sebagaimana dikutip laman Sydney Herald Morning, pada hari ini (4/12).
Pertanyaannya, sampai kapan publik menghukum Chris atas kesalahan di masa lalu? Padahal Chris bukan satu-satunya artis yang pernah terlibat skandal atau konflik. Ada juga artis lain yang tak kalah “bandel” tapi akhirnya dimaafkan.
Ozzy Osbourne, Tommy Lee “Motley Crue,” dan Scott Stapp “Creed” juga pernah melakukan tindak kriminal, tapi kehadiran mereka kembali di ranah hiburan tak dipersulit sebagaimana Chris.
Padahal tur konser Chris di kota-kota seperti Sydney, Melbourne, Perth dan Brisbane, juga Selandia Baru, sudah dijadwalkan jauh-jauh hari. Terakhir kali Chris menggelar konser besar-besaran di stadion di Negeri Kanguru pada 2011 dan 2012.
Pihak promotor yang berencana memboyong Chris ke Australia akhirnya angkat suara terkait hal ini. Mengutip pernyataan resminya, mereka akan tetap berharap Chris bisa berkunjung ke Australia untuk memenuhi dahaga para penggemarnya.
“Chris dan para promotor tetap positif bahwa tur akan dilangsungkan dalam waktu dekat ini. Chris ingin menunjukkan rasa terima kasih atas dukungan para penggemarnya di Australia dan akan berusaha untuk mengadakan tur yang sukses di sana."
Sementara itu, seorang juru bicara Menteri Imigrasi Selandia Baru mengatakan kepada Reuters, bahwa Chris secara sukarela telah membatalkan permintaan visanya. Jadi konsernya di Negeri Kiwi sudah dipastikan batal digelar.
"Menteri imigrasi Selandia Baru dapat mengonfirmasi bahwa Chris Brown telah membatalkan permintaan visa kerjanya ke Selandia Baru,” kata sang juru bicara. “Belum ada keputusan yang dilancarkan terkait permintaan itu."
Namun agaknya peristiwa pencekalan ini tak juga membuat si bandel Chris bertobat. Diberitakan TMZ dan Ace Showbiz, baru-baru ini, lagi-lagi Chris berurusan dengan pihak berwajib gara-gara berlaku kasar terhadap seorang perempuan.
Perempuan yang tidak disebutkan namanya itu mengaku dipaksa turun dari bus tur Chris di Colorado. Insiden itu terjadi di luar kelab Platinum 84 Gentleman. Saat itu, Chris tengah syuting video musik terbaru bersama French Montana dan Fetty Wap.
TMZ melaporkan, perempuan itu bukan bagian dari produksi video musik tersebut. Dikabarkan ia didorong turun bus setelah menolak menyerahkan ponselnya untuk disita. Produksi video musik itu memang punya aturan melarang telepon genggam.
(vga/vga)