Gugah Kebanggaan Demi Cegah Kepunahan Budaya

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Jumat, 18 Des 2015 18:36 WIB
Indonesia masih bisa mengejar ketertinggalan pengembangan budaya dengan cara mengukuhkan kebudayaannya di mata sesama negara ASEAN.
Saluang (CNNIndonesia Internet/MartijnL/Wikimedia (CC BY-SA 3.0 nl))
Jakarta, CNN Indonesia -- Berita mengenai anak bangsa yang unjuk gigi mengenalkan budaya lokal ke dunia seringkali kalah saing dengan berita anak bangsa yang mengikuti ajang perlombaan menyanyi atau modeling.

Salah satu penyebabnya mungkin karena kebudayaan lokal dianggap kuno dan ketinggalan zaman, sehingga sebagian orang enggan mengenal lebih dekat, apalagi mendukungnya.

Padahal kebudayaan lokal ialah jati diri suatu bangsa yang patut dibanggakan, karena tidak dimiliki oleh negara yang lain. Apalagi Indonesia boleh dikatakan satu-satunya negara kepulauan di dunia yang memiliki keragaman budaya terkaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi ada yang berbeda dalam perhelatan C ASEAN di Thailand, pada akhir pekan lalu. Di sana, sebagian besar kaum mudanya tampak antusias dengan kebudayaan lokl masing-masing.

Seperti sepuluh pemuda dan pemudi dari Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, Singapura, Malaysia, Brunei Darusalam dan Indonesia yang tampil di atas panggung untuk kolaborasi musik daerah.

Mereka dengan fasih menjelaskan alat musik dan lagu yang dimainkan kepada tamu undangan dan media, walau kadang terkendala bahasa.

Agung Hero Ernanda, atau biasa dipanggil Ero, datang ke Negara Gajah Putih itu dengan gendang Sunda, kecapi Payakumbuh dan saluang. Bersama sembilan kawannya dari negara ASEAN, ia mengumandangkan lagu asal Minang berjudul Tak Tong Tong.

Sebagai putra Minang, Ero tidak mungkin mencetak sejarah di Thailand jika dirinya tidak dipilih oleh sang mentor yang kebetulan komposer andal dan produser festival, Franki Raden.

Franki ialah peraih Piala Citra pada 1978 dan 1986 masing-masing untuk film November 1828 dan Nagabonar. Ia juga pencetus Indonesia National Orchestra. Selain itu, pria ini sempat mengajar di Toronto dan Singapura.

Ditemui di sela sesi latihan pada akhir pekan lalu, Franki mengatakan, pemilihan Ero sebagai wakil Indonesia di Thailand karena pemuda ini sangat ngelotok kebudayaan Minang.

Ibarat saking fasihnya, Franki tak ragu menyerahkan pemilihan alat musik dan lagu dari Indonesia kepada Ero.

"Musik Minang bisa lebih luwes bercampur dengan musik dari negara ASEAN yang lain. Saya ingin Ero merasa pulang ke rumah dengan membawakan musik Minang," kata Franki.

"Dan Ero adalah musisi sekaligus komposer, jadi dia bisa banyak berkontribusi untuk 'orkes' di C ASEAN ini," lanjutnya.

Indonesia Tertinggal dari Thailand

Selain mengutarakan banyak kebanggaan, Franki juga menyampaikan beberapa kekecewaan terkait acara C ASEAN.

Bukan karena penyelenggaraannya yang buruk, melainkan karena Indonesia seakan tertinggal selangkah dari Thailand dalam hal acara kebudayaan bertaraf ASEAN seperti C ASEAN.

"Dalam beberapa dekade ini, Thailand telah menyiapkan diri dengan serius baik soal sarana, prasarana dan sumber daya manusianya. Penyandang dana C ASEAN [Thapana Sirivadhanabhakdi, pengusaha Thailand] juga sangat fasih dalam menggabungkan bisnis dan budaya. Jika dibandingkan dengan Indonesia, mencari penyandang dana yang seperti itu masih sangat langka. Padahal Indonesia lebih maju daripada Thailand," ujar Franki.

Belum ada penyandang dana asal Indonesia yang berani menggabungkan budaya dengan bisnis tidak membuat Indonesia sepenuhnya tertinggal oleh Thailand.

Dikatakan Franki, Indonesia masih bisa mengejar ketertinggalan pengembangan budaya dengan cara mengukuhkan kebudayaannya di mata negara ASEAN yang lain.

Karena ribuan tahun yang lalu, dijelaskan Franki, nenek moyang bangsa Indonesia sudah berhasil unjuk gigi di ASEAN dengan mengenalkan Gong Culture. Gong yang diciptakan pada masa itu menjadi alat tukar antar masyarakat ASEAN.

Namun Frankie menyayangkan, sejak periode Kemerdekaan, budaya Indonesia malah mengalami kemunduran, seakan terlalu sibuk dengan isu politik dan ekonomi.

"Saat ini baik, pemerintah maupun swasta harus mau memberdayakan mereka yg bergerak di bidang seni dan kebudayaan. Jika dimulai dari sekarang, Indonesia akan berhasil menjadi negara penentu posisi ASEAN dalam konteks global," kata Frankie.

"Jika tidak, ya Indonesia harus ikhlas dipimpin oleh negara kecil seperti Thailand yang sangat progresif di bidang seni, budaya dan bisnis saat ini," lanjutnya.

Salah satu cara yang paling efektif untuk memberantas kepunahan budaya daerah ialah dengan mencari sosok-sosok panutan yang bisa membangkitkan kesadaran masyarakat kalau mengenal kebudayaan daerah bisa menjadi keuntungan tersendiri. Franki Raden, pegiat musik
Kebanggaan Provinsi untuk Nasional

Franki mengaku salut dengan pengembangan kebudayaan yang dilakukan oleh negara tetangga serumpun, Malaysia. Baginya, Malaysia tidak hanya melestarikan budaya Melayu, tetapi juga mengembangkannya sebagai identitas negara.

"Meski kebudayaan asli mereka tidak terlalu beragam, tapi strategi pengembangannya efektif dan produktif. Strategi itu dapat dijadikan model untuk pengembangan budaya di tiap kabupaten atau provinsi Indonesia," ujar Franki.

"Kalau sekaligus memikirkan strategi dalam skala nasional akan sulit sekali dan belum tentu berhasil," lanjutnya.

Tidak dipungkiri, kebudayaan daerah kerap tergusur dengan kebudayaan pop yang berkembang pesat di suatu negara.

Di Indonesia, bagi Franki, salah satu cara yang paling efektif untuk memberantas kepunahan budaya daerah ialah dengan mencari sosok-sosok panutan yang bisa membangkitkan kesadaran masyarakat kalau mengenal kebudayaan daerah bisa menjadi keuntungan tersendiri.

"Dengan begitu saya yakin masyarakat akan berpartisipasi dalam melestarikan maupun memberdayakan kebudayaan daerah mereka masing-masing melalui berbagai medium, baik pendidikan, sosial maupun bisnis," ujar Franki menutup pembicaraan.

(ard/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER