Jakarta, CNN Indonesia -- Nyaris tak ada kursi yang dibiarkan kosong saat digelar acara
Back at One–A New Year’s Eve Celebration with Brian McKnight di Trans Grand Ballroom The Trans Luxury Hotel Bandung, pada Kamis malam (31/12).
Semua terisi penuh oleh para penggemar sang biduan bersuara dahsyat, juga para penikmat musik yang menanti malam pergantian tahun. Acara didahului dengan santap malam, juga suguhan band pembuka dan kuis.
Lima belas menit menjelang pukul sembilan, segenap personel band berkulit hitam naik ke atas panggung, memainkan intro dengan nada dinamis. Para penonton meriuh, bertepuk tangan menyambut sang idola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama, sosok yang ditunggu-tunggu pun muncul ke atas panggung. Berbalut jas putih, Brian, yang masih bugar dan atletis di usia 46 tahun, segera membuka konsernya dengan lagu
Find Myself in You.Bukan Brian namanya bila tak piawai berimprovisasi. Selain menyajikan tarikan falseto, di pengujung lagu, ia melantunkan lirik “
find myself in you” berulang-ulang. Penonton kor sembari bertepuk tangan.
Belum apa-apa, Brian menyuguhkan lagu pembuka berdurasi lama: lebih dari delapan menit! Begitu akhirnya ia menuntaskan lagu dari album
Ten yang dirilis pada 2006, penonton bersorak dan bertepuk tangan meriah.
“
Thank you! Do you feel alright?” tanya Brian yang segera disambut seruan, “Yeah!” oleh para penggemarnya. Tanpa membuang waktu, ia mengestafet lagu
Used to be My Girl, Shoulda Coulda Woulda, Love of My Life.Tak terlihat Brian menenggak air selama
manggung, namun kualitas vokalnya tetap prima. Apalagi ia selalu mengimbuhi semua lagunya dengan tarikan falseto lantang, termasuk saat menyanyikan
The Only One for Me.“
Thank you so much,” kata Brian seraya mengaku merasa sangat tersanjung bisa tampil jelang Tahun Baru 2016. “
Thank you so much from the bottom of my heart,” katanya lagi, membuat para penonton bertepuk tangan.
Kegerahan, Brian pun melepas jas putih, juga dasinya. Dengan kemeja putih saja, penampilannya tampak kasual, namun lebih sesuai dengan lagu bernada riang
My Kinda Girl yang aslinya dinyanyikan berduet dengan Justin Timberlake.
Sekilas irama lagu yang populer pada 2001 ini mengingatkan lagu baru Brian,
Uh Oh Feeling dari album musik baru
Better. Saat CNN Indonesia. com menanyakan hal ini kepada Brian, beberapa jam sebelum berkonser, ia berkilah.
“Petikan gitar di lagu
My Kinda Girl lebih ramai, sementara
Uh Oh Feeling lebih mirip lagu era The Jackson Five.
Old school,” kata Brian kepada CNN Indonesia.com, pada Kamis siang (31/12). “Ya, sama
old school-nya seperti perasaan cinta.”
 Konser Brian McKnight di Trans Grand Ballroom Trans Luxury Hotel Bandung (31/12). (CNNIndonesia/Vega Probo) |
Setelah
My Kinda Girl, Brian masih menyanyikan sederet lagu sembari memetik gitar, termasuk
Cherish, Crazy Love, sampai yang terbaru:
Uh Oh Feeling. Para penonton langsung geger, tak menyangka diberi kejutan lagu baru.
Di antara jeda lagu, Brian kerap bermonolog atau berdialog dengan penonton soal lagunya. Sebelum menyanyikan lagu
6-8-12, ia sempat menuturkan pengalaman masa lalu saat patah hati. Suaranya mendadak parau, membuat para penonton terbahak.
Tak hanya menceritakan pengalaman patah hati, Brian juga mengisahkan masa-masa awal meniti karier sebagai musisi, dimulai dari bergabung dengan kor gereja, sampai kemudian mendapat kontrak pertama saat berusia 19 tahun.
Berturut-turut, ia pun menyanyikan lagu
hits-nya sembari memainkan piano, dari
On the Down Low yang bernada riang sampai
Never Felt This Way dan
Still in Love yang bernada galau. Lagi-lagi, musisi multi instrumen musik ini membawakannya dengan penuh improvisasi.
Setelah membawakan
Could, pria yang menguasai sembilan instrumen musik ini memencet tuts piano dan terdengar intro awal lagu “kebangsaan”-nya,
One Last Cry. Namun baru melantunkan tiga kata, tiba-tiba Brian berseru, “
No!” dan menghentikan aksinya.
 Brian McKnight menyanyikan My Kinda Girl yang aslinya dinyanyikan bersama Justin Timberlake. (CNNIndonesia/Vega Probo) |
Aksinya berlagak
ngambek, membuat para penonton meriuh dan mengelu-elukan namanya, “Briaaan… Briaaan…!” Agaknya pria Gemini ini “kesal” karena para penonton baru menunjukkan antusiasme tinggi di lagu yang populer atau familiar di telinga saja.
Tak berlama-lama “
ngambek,” Brian segera melanjutkan permainan pianonya, dan menyanyikan
One Last Cry secara utuh, lengkap dengan falseto, tentu saja. Ini merupakan lagu pertama Brian yang menduduki posisi puncak Billboard Hot 100, pada 1993.
Di lagu yang sudah banyak dibuat
cover version-nya ini, Brian menunjukkan kepiawaiannya mengolah vokal. Para penonton pun puas memperoleh kesempatan menyimak lagu ini versi “
extended” di mana Brian memamerkan napas yang panjang.
Setelah sedikit bermonolog, Brian memberondong lagu
Anytime dan
Back at One yang malah terdengar jauh lebih mumpuni ketimbang versi rekamannya. Usai ber-galau ria dengan kedua lagu tersebut, Brian memungkas aksinya dengan lagu riang
Fall 5.0.
Seolah tak percaya kala melihat Brian melambaikan tangan dan benar-benar silam ke balik panggung usai menyanyikan lagu ini. Padahal waktu baru menunjukkan pukul sebelas malam.
The night is still young. Pergantian tahun masih satu jam lagi!
 Brian McKnight menutup konsernya satu jam jelang tengah malam (1/1). (CNNIndonesia/Vega Probo) |
“
We want more!” seru para penonton berulang-ulang. Namun batang hidung Brian tetap tak kelihatan lagi. Para personel band-nya pun tampak membereskan set instrumen musik masing-masing. Lima menit berlalu, tak juga ada tanda-tanda
encore.
Begitu lampu ruangan menyala, para penonton harus menelan rasa kecewa, konser Brian benar-benar usai tanpa
countdown menuju pergantian tahun. Upaya pemandu acara Vivie Novidia menyemangati para penonton yang kadung kecewa pun tak berhasil.
“Hhuuu!” seru para penonton, membuat Vivie salah tingkah di atas panggung. Lalu, ia meminta para penonton beranjak ke selasar Trans Grand Ballroom untuk menikmati kembang api sekaligus
countdown menuju Tahun Baru 2016.
Ruth Emmanuella dan Raisa Serafina termasuk "barisan penonton yang kecewa." Padahal mereka sudah datang jauh-jauh dari Jayapura, Papua, bersama saudara lelakinya, Denzel, yang kebetulan sedang berulang tahun, juga ibunya.
“Akhirnya
nanggung, agak
nggantung,” kata Ruth, tak bisa menutupi rasa kecewa. “Tapi
overall keren banget. Pas Brian bermain gitar dan piano itu keren banget.” Ia mengakui menyukai lagu-lagu Brian, tapi menolak disebut penggemar.
 Sekalipun "kentang," harus diakui aksi Brian McKnight sangat memukau. (CNNIndonesia/Vega Probo) |
“[Sebatas] mendengarkan lagunya, enggak
nyampe fans, enggak segitunya [
nge-fans],” kata Ruth yang mengaku mengenal lagu-lagu Brian dari ibunya. Ia sendiri baru lahir pada 1996, sementara Brian sudah berkibar namanya sejak 1992.
Saat ditanya lagu favorit, Ruth mengaku tak punya. “Semua keren, susah
milihnya.” Ia malah memuji napas Brian yang seperti tak berujung. “Napasnya panjang banget! Wah, tuh gila lah.” Pujian serupa juga dilontarkan Yugian Leonardy, warga Bandung.
Pria yang bekerja sebagai konsultan
marketing ini mengaku sudah mengikuti perjalanan musikal sang idola sejak album pertama
Brian McKnight (1992) sampai yang keenambelas,
Better (2015). Malam ini, ia menonton bersama sang istri.
Dalam pandangan Yugian, kemampuan Brian sebagai solois tergolong “tingkat dewa” sehingga tak banyak orang yang bisa memahami atau menikmatinya. Sekalipun aksi Brian terasa “kentang” (kena tanggung), Yugian mengaku sangat puas.
 Aksi "tingkat dewa" Brian McKnight dipuji para penggemar. (CNNIndonesia/Vega Probo) |
(vga/vga)