Syarat Raam Punjabi jika Asing Masuki Perfilman Indonesia

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Sabtu, 30 Jan 2016 10:21 WIB
Raam tidak takut pada serbuan investor asing di perfilman Indonesia. Ia sendiri pernah merasakan manfaatnya.
Ilustrasi menonton bioskop. (Thinkstock/agencyby)
Jakarta, CNN Indonesia -- Raam Punjabi tidak takut pada keputusan pemerintah menghapuskan industri perfilman dari Daftar Negatif Investasi (DNI). Artinya, investor asing bisa menanamkan modalnya di perfilman lokal.

Keputusan itu membuat investor asing bisa membangun bioskop, memproduksi film, serta mendistribusikan karya-karya filmnya secara lebih luas di sini.

"Pembukaan keran asing bukan berarti merebut kesempatan pekerjaan di sini, kedua belah pihak [asing dan lokal] dapat menikmatinya," katanya pada CNNIndonesia.com baru-baru ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Raam, yang merupakan Presiden Multivision Plus (MVP), salah satu rumah produksi terbesar di Indonesia, mengaku mendukung keputusan pemerintah itu.

Namun, ia melanjutkan, dengan satu syarat. Indonesia tetap harus bisa memproteksi usaha perfilman lokal.

"Kita harus punya kesadaran sendiri. Saya mendukung [dihapuskannya film dari DNI]. Namun, harus ada partisipasi pengusaha Indonesia!" ia menegaskan.

Pria berdarah India itu lanjut mengungkapkan opini, "Jangan 100 persen asing menguasi perfilman di Indonesia. Ini negara dan kedaulatan kita, nanti kita enggak dapat apa-apa, dong."

Ia yakin, momen itu bukan untuk ditakuti sineas. Justru pihak seperti dirinya harus mencari cara bagaimana dapat berpartisipasi di era globalisasi ini.

Raam sendiri mengaku sempat merasakan keuntungan dari negara-negara yang membuka kesempatan bagi rumah produksi asing membuat film di negara mereka. Tak tanggung-tanggung, MVP menggarap empat film di negara-negara Asia Tenggara.

"MVP pernah merasakan keuntungan dari dibukanya keran investasi asing kok. Kami dibebaskan membuat empat film di Filipina, lalu di Vietnam, Thailand, dan juga Kamboja," ia menceritakan.

Raam melanjutkan, "Saya juga pernah produksi dua film di Amerika Serikat."

Karena itulah ia tak ingin menolak adanya investasi asing di Indonesia.

Lagipula, ia menambahkan, masuknya bioskop-bioskop asing berarti menambah layar bagi perfilman, termasuk lokal.Jaringan bioskop yang ada seperti XXI memang sudah mendukung, namun gedungnya belum cukup banyak.

Barekraf mencatat, saat ini jumlah bioskop di Indonesia 1.054 buah. Dengan asumsi total jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, rasio perbandingan bioskop dengan jumlah penduduk 1:240 juta jiwa.

"Nanti pasti rebutan," kata Raam.

Memperbolehkan asing menanam investasi di dalam negeri, baginya hanya langkah awal menuju industri perfilman yang makin berwarna. "Kita harus melihat perkembangannya. Itu usul saya." (rsa/rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER