Asing Masuk, Bekraf Janji Industri Film Makin Bergairah

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Sabtu, 30 Jan 2016 08:34 WIB
Triawan Munaf, Kepala Bekraf justru melihat banyak keuntungan bagi film lokal jika investor asing boleh masuk di bidang perfilman.
Ilustrasi perfilman (Thinkstock/ktsimage)
Jakarta, CNN Indonesia -- Triawan Munaf menghapus kekhawatiran sineas Indonesia terkait keputusannya menghapus industri jasa perfilman dari Daftar Negatif Investasi (DNI). Ia menegaskan, keputusan itu akan membuat industri perfilman lebih bergairah.

Ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) itu mengatakan, film nasional sudah punya payung hukum Undang-Undang (UU) Nomor 33 Tahun 2009 yang melindungi agar tidak dibabat habis oleh film asing.

"Semua sudah diatur di UU 33/2009, sekitar 60 persen film dalam enam bulan setiap tahunnya harus dikuasai oleh film nasional," kata Triawan menjelaskan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena kuota film Indonesia belum memenuhi seperti apa yang ditetapkan UU itu, maka menurut Triawan masuknya investasi asing justru menguntungkan.

"Kita belum mampu memenuhi kuota 60 persen itu. Kalau kita paksakan, takutnya bioskop sepi, siapa yang mau nonton? Masyarakat hanya akan menonton di rumah," katanya. Jika investor asing masuk, pasar jadi lebih ramai. Kemampuan industri perfilman pun akan meningkat.

Sineas serta investor asing yang masuk akan memungkinkan terjadinya pertukaran pengetahuan dan teknologi di antara para sineas serta rumah produksi. Itulah yang menurut Triawan membuat kemampuan perfilman meningkat.

"Pasar film kita nanti jadi lebih bergairah," ia lanjut menyimpulkan.

Pernyataan itu menampik spekulasi negatif yang beredar terkait keputusan pemerintah membuka keran investasi di bidang perfilman di Indonesia. Dahulu, tidak boleh ada investor masuk baik  eksibisi, produksi, dan distribusi.

Setelah keran investasi dibuka 51 persen, kini asing diperbolehkan menanamkan saham 100 persen pada lokal.

Triawan menyebut, sudah banyak perusahaan asing yang mengantre memberi investasi. Menurutnya, Indonesia memiliki pasar perfilman yang diincar banyak perusahaan film besar. Salah satunya, perusahaan film asal Korea.

"Ada perusahaan besar Korea yang sudah pendekatan Bekraf, mereka sudah menunggu kesempatan ini dibuka. Waktu itu, mereka sudah mau buka layar di Indonesia, tapi enggak bisa karena tertutup kesempatannya," ia menjelaskan.

Ayah penyanyi Sherina Munaf itu mengatakan sekali lagi, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan masuknya modal asing, termasuk soal kompetisi.

Ia menganalogikan bioskop asing dengan perusahaan penyedia produk asing lainnya yang sudah lebih dahulu ada di Indonesia. Ia justru melihat adanya keuntungan bagi produk lokal di sana.

"Ada beberapa supermarket asing di Indonesia. Mereka enggak cuma jual produk asing dari negara mereka saja kan? Mereka juga jual produk lokal di supermarket mereka," ia mencontohkan.

Seperti produk, investor asing pun juga tidak semata-mata enguntungkan film Barat. Film-film lokal juga akan diputar di sana. Apalagi ada ketentuan bioskop asing tak boleh didirikan di dekat bioskop lokal yang sudah berdiri. (rsa/rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER