'Mas, Saya Sudah Enggak Kuat Jadi Siti'

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Kamis, 04 Feb 2016 05:51 WIB
Sekar Sari, pemeran Siti yang baru ditemukan sutradara Eddie Cahyono dua minggu sebelum syuting sempat frustrasi dan nyaris menyerah.
Film Siti saat dinobatkan menjadi Film Terbaik FFI 2015. (CNN Indonesia/Fadli Adzani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Eddie Cahyono tidak sembarangan membuat karakter Siti. Diangkat menjadi judul film yang kemudian memenangi Festival Film Indonesia (FFI) 2015, peran utama yang merupakan perempuan pesisir itu dirancang berkarakter kuat dan sangat superior.

Siti merupakan tulang punggung keluarga. Ia merawat suaminya yang lumpuh karena kecelakaan, membesarkan dan mendidik anaknya, sekaligus menjaga sang ibu mertua. Ia juga harus membayar utang jutaan rupiah untuk mengganti kapal yang hilang ketika suaminya melaut dahulu.

Siti bekerja membanting tulang, siang sampai malam. Sampai-sampai perempuan itu rela mengorbankan dirinya sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan karakter yang sangat menonjol itu, Siti sangat sulit diperankan. Eddie juga tak mau sembarangan mencari perempuan yang cocok memerankan Siti. Jangan sampai karakter yang sudah dibangunnya sedemikian rupa hancur karena salah pilih pemain.

Butuh waktu lama bagi sutradara asal Yogyakarta itu untuk menemukan Sekar Sari, perempuan yang akhirnya memerankan tokoh Siti. Tak hanya harus pandai berakting, Bahasa Jawanya pun harus fasih. Sebab, secara keseluruhan Siti berbahasa Jawa.

Eddie baru menemukan Sekar, sekitar dua minggu menjelang proses syuting. Saat itu Sekar langsung diminta untuk latihan.

"Waktu itu ngomongnya harus secara hati-hati karena pertama kali lihat Sekar, kayak ada chemistry dan saya bertaruh film ini sama dia," kata Eddie menjelaskan kepada CNNIndonesia.com usai pemutaran film Siti di Bekasi, Selasa (2/2).

Merasa mendapat tantangan yang sulit, Sekar pun berlatih ekstra untuk menjadi Siti. Eddie sendiri turun tangan membantu Sekar berlatih agar karakternya menyatu dengan Siti seperti yang ia inginkan.

"Latihannya hampir seminggu intens. Sekar saya suruh jualan peyek sendiri di Parangtritis. Waktu itu dapat Rp30 ribu," ujarnya. Dalam film Siti, Sekar memang harus berjualan peyek jingking di pesisir Parangtritis untuk mencari nafkah.

Selain diminta langsung mempraktikkan adegan secara langsung, Eddie juga kerap membantu Sekar dengan mengobrol. Ada beberapa adegan yang mengharuskan Eddie membuat pendekatan dengan Sekar agar ia benar-benar mendapatkan jiwa Siti.

"Misalnya, 'Kamu punya masalah yang berat enggak sih yang kamu enggak bisa selesaikan?' Dan dia yang cari jawabannya itu," kata Eddie. Ia mengeksplorasi Sekar sehingga mimik, gesture, dan jiwa "Siti"-nya muncul ke permukaan untuk dimainkan.

Meski sudah banyak dibantu, ternyata Sekar sempat berputus asa. Ia sempat mengaku tidak kuat memainkan karakter Siti lagi. "Pas syuting terakhir dia sampai nangis, 'Mas, saya sudah enggak kuat jadi Siti,' katanya," Eddie bercerita tentang Sekar.

Tapi berkat dukungan, kerja sama dan usaha yang keras, akhirnya Sekar berhasil memerankan Siti dengan baik. Ia menjelma menjadi Sosok perempuan sederhana namun punya masalah yang tidak biasa dan berat.

Berkat kerja keras dan ketekunannya mendalami karakter Siti, Sekar pun sempat mendapat penghargaan Best Performance dalam Singapore International Film Festival pada 2014 lalu. Sayang dalam FFI 2015, upaya Sekar tidak masuk nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER