Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa yang menyangka sutradara sekelas Joko Anwar sempat kecanduan membeli karya bajakan? Namun, ia punya alasan untuk terus membeli keping VCD berharga murah di pasar-pasar di sekitar kampusnya dahulu.
Pria yang telah menggarap film-film seperti
Modus Anomali, Janji Joni, dan
A Copy of My Mind itu pun menceritakan pengalaman lucunya ketika akses untuk menonton film masih terbilang sulit.
"Waktu masih kuliah di ITB, saya bukan membeli DVD bajakan, waktu itu masih zamannya VCD bajakan," ujarnya di Plaza Indonesia, Jakarta, pada Rabu (3/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Joko melanjutkan, "Pada saat itu, akses menonton film sangat sulit. Sedangkan menonton film itu adalah hal penting bagi sebagian besar manusia. Maka dari itu lah saya membeli film bajakan," ia beralasan.
Uniknya, saat itu film bajakan pun penuh "tipuan." Menurut cerita Joko, tidak semua VCD bajakan yang ia beli menampilkan film yang sama seperti yang ada di sampulnya.
"Sering banget isi filmnya beda. Judulnya apa, filmnya apa," ucap Joko bercerita.
"Para pembajak ini enggak pernah mencari tahu isi film itu apa. Mereka cuma ambil dari pemasok dan mencetak sampulnya," sutradara Halworlds itu melanjutkan.
Namun kini, akses menonton film sangat mudah. Hampir semua film Hollywood tayang di bioskop Indonesia. Apalagi sudah ada tontonan alternatif seperti iTunes dan penyedia jasa layanan streaming Netflix.
Tidak seperti masyarakat yang memandang sinis datangnya Netflix ke Indonesia, Joko justru memberikan opini yang bertolak belakang. "Masyarakat jadi memiliki akses untuk menonton film yang legal," katanya.
Itu sudah terbukti pada teman-teman Joko. Sebelumnya, mereka sangat sering mengunduh film dan lagu bajakan. "Namun sejak ada jasa layanan streaming itu, mereka jadi punya akses legal dan menghentikan budaya membeli film bajakan," ujar Joko yakin.
(rsa)