Representasi LGBT dalam Perfilman Indonesia

Apriliana Lloydta Anuraga | CNN Indonesia
Jumat, 04 Mar 2016 08:53 WIB
Aktor senior Roy Marten menganggap memberi porsi bagi LGBT dalam perfilman termasuk cara mengedukasi dan membuka pikiran masyarakat.
Ilustrasi perfilman. (Jag_cz/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) belakangan menjadi isu yang marak dibicarakan. Di tengah pro dan kontra yang bermunculan di segala lini diskusi bahkan termasuk media sosial, aktor Roy Marten memilih bersikap netral soal isu itu.

"Terimakasih sama Tuhan kalau saya ini heteroseksual. Tapi saya sangat simpati pada mereka [homoseksual]. Saya bukan mendukung mereka tapi sangat simpati,” tuturnya pada CNNIndonesia.com saat ditemui di Grand Indonesia baru-baru ini.

Melonjaknya perbincangan soal LGBT di berbagai kalangan, seringkali menyudutkan kelompok minoritas itu. Roy merasa mereka seperti sedang dihukum hanya karena orientasi seksualnya berbeda. Padahal, itu tidak seharusnya terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kalau melakukan kejahatan ya hukumlah dia karena kejahatan itu. Bukan karena homo atau banci. Jadi menurut saya orientasi seseorang itu enggak boleh dihukum. Karena kita tidak bisa memilih orientasi seks, saya kira. Karena itu hormon di tubuh kita.”

Roy mengaku dahulu pernah bergaul dengan kumpulan homoseksual. Dengan yakin ia menegaskan, hal itu bukan sesuatu yang menular.

Salah satu cara mengedukasi masyarakat agar tidak berpandangan sempit terhadap isu LGBT, menurut bintang film Akibat Pergaulan Bebas itu, adalah melalui film. Representasi kehidupan homoseksual yang sebenarnya, perlu diberi porsi dalam perfilman.

"Karena film itu mendidik masyarakat. Harusnya tidak boleh ada diskriminasi sikap pada mereka. Namun, tidak perlu didukung dan tidak perlu dihina. Jadi netral saja,” ujarnya. Representasi itu penting untuk menunjukkan bahwa eksistensi mereka ada.

"Kalau itu sebuah kesenian ya enggak apa-apa. Tapi kalau itu menjadi tren, saya juga keberatan," kata Roy memberi catatan.

Selama ini, masih sedikit film Indonesia yang berani mengangkat isu LGBT. Arisan! yang digarap Nia Dinata pernah secara ringan mengangkat fenomena itu. Lola Amaria mengangkatnya secara berani dalam film Sanubari Jakarta. Donny Damara memainkan transgender dengan apik dalam Lovely Man.

Dilema, film omnibus Wulan Guritno juga pernah menampilkan sekilas dua orang lesbian. (rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER