Kegeniusan Eka Kurniawan Meramu Kisah Cinta Seekor Monyet

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Minggu, 13 Mar 2016 20:57 WIB
Djenar Maesa Ayu memuji karya terbaru Eka Kurniawan kali ini berbicara tentang hal yang sama sekali tak sederhana, dan ditulis apik tanpa kesan menghakimi.
Djenar Maesa Ayu mengatakan novel O, karya terbaru Eka Kurniawan, berbicara tentang hal yang sama sekali tak sederhana, dan ditulis apik tanpa kesan menghakimi. (CNN Indonesia/M Andika Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Eka Kurniawan, penulis yang pekan ini masuk nominasi Man Booker Prize International 2016, resmi meluncurkan novel terbarunya yang diberi judul O di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, hari ini.
 
Novel yang dibanderol dengan harga Rp99 ribu ini merupakan buku ke-tujuh Eka setelah Corat-coret di Toilet (2000), Cantik Itu Luka (2002), Lelaki Harimau (2004), Gelak Sedih (2005), Cinta Tak Ada Mati (2005), dan Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014).
 
Selama delapan tahun, Eka menyelesaikan novel setebal 496 halaman yang berkisah tentang kehidupan seekor monyet bernama O. Sang monyet ingin menikahi Entang Kosasih, Kaisar Dangdut.
 
Di dunia tempat O tinggal, monyet-monyet harus berperilaku seperti manusia supaya dapat menjadi manusia sebenarnya. O pun melakoni hal itu sebagai bentuk cintanya kepada sang Kaisar Dangdut. Namun konfik-klonflik muncul dan mempersulit proses O menjadi manusia, pun perjalanan cintanya.
Eka mengatakan tak berencana menggarap O hingga delapan tahun lamanya. Menurut Eka, semula buku itu berisi draf-draf tulisannya yang tak tahu hendak ia bawa ke mana, hingga muncul inspirasi dari topeng monyet.
 
"Tidak niat selama itu. Saya menulis novel ini dari kumpulan cerita-cerita yang belum tahu dibawa ke mana, stuck saja, bahkan sempat mau dibuang. Tapi karena ide topeng monyet empat tahun lalu, saya menemukan titik temu untuk menggabungkannya," kata pria berdarah Sunda itu saat meluncurkan novelnya di Jakarta, pada Minggu (13/3).

[Novel O] menunjukkan kejeniusan Eka [Kurniawan] sebagai penulis kelas dunia. Mirna Yulistianti, Editor Senior Bidang Sastra Gramedia Pustaka Utama
Novelis Djenar Maesa Ayu yang ikut hadir membacakan salah satu bagian dalam novel O menyatakan kagum dengan Eka. “Novel ini membicarakan sesuatu yang sama sekali tidak sederhana. Tidak banyak orang yang menulis sesuatu yang sangat serius tanpa ada kesan menghakimi.”
 
Mirna Yulistianti, Editor Senior Bidang Sastra Gramedia Pustaka Utama, mengatakan O lebih kompleks dari novel-novel Eka sebelumnya.
 
“Bingkai-bingkai cerita disusun sedemikian rupa. Tiap bingkai bisa berdiri sendiri tapi bisa juga dinikmati sebagai satu kesatuan novel utuh. Alur masing-masing bingkai saling beririsan. Ini menunjukkan kejeniusan Eka sebagai penulis kelas dunia," ujar Mirna.
 
Eka mengatakan belum berpikir untuk mengalihbahasakan O ke bahasa lain, sebab dia masih fokus pada alih bahasa dua bukunya yang lain, yakni Lelaki Harimau dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.
 Cantik Itu Luka telah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa dan oleh kritikus disandingkan dengan karya-karya Gabriel Garcia Marquez dan Fyodor Dostoyevsky, sedangkan Lelaki Harimau telah diterbitkan dalam bahasa Inggris, Italia, Korea, Jerman, dan Perancis.
 
Novel Lelaki Harimau juga berhasil mengantar Eka ke jajaran sastrawan dunia hingga pada 2015 jurnal Foreign Policy menobatkannya sebagai salah satu dari 100 pemikir paling berpengaruh di dunia karena berhasil memantapkan posisi Indonesia di peta kesusastraan dunia.
 
Lelaki Harimau pula yang mencatatkan prestasi gemilang dengan menjadi buku Indonesia pertama yang dinominasikan di ajang penghargaan sastra bergengsi dunia The Man Booker International Prize.




ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER